Goresan Pena

Jangan Menjadi Buih, Semarak Tapi Lemah

22.50.00 Iwan Wahyudi 0 Comments



Sejenak tengoklah lautan yang luas dari tepi pantai. Kita akan melihat setidaknya 2 hal ; pertama, air lautan yang indah dan saling berkejaran menuju pantai yang bernama ombak dan kedua, buih yang sebagian besar menutupi bagian atas ombak yang menyentuh bibir pantai.

Lihatlah dahsyatnya ombak, ia bergerak dari tengah berawal dari tiupan angin. Terus bergerak dan besar menuju pantai menerjang karang yang kokoh sekeras apapun. Ombaklah yang mengikis karang hingga rapuh dan pecah. Kadang dahsyatnya ombak juga dapat menyeret manusia yang berenang ditepi hingga ketengah.

Tataplah buih ia hanya mulai ada ketika ombak menuju pantai, riuh dan ramai memutih hampir menutupi sang ombak yang menyapa bibir pantai. Tapi genggamlah buih itu, ia hanyalah kumpulan udara berbalut selaput air yang tipis. Lemah, tak berdaya.

Kalau kita ditakdirkan  ada disamudera dan sadar dapat memilih dan punya potensi menjadi gelombang kenapa harus menjadi buih yang hanya ramai, riuh, semarak namun tak berdaya, lemah dan tak dianggap apa-apa?

Aneh rasanya ketika buih bisa mempengaruhi dan mengarahkan kemana arah gelombang atau gelombang yang kehilangan kedahsyatannya karena memilih berkarakter seperti buih yang lemah dan terombang-ambing.

Jangan pernah sekalipun mau menjadi buih wahai sang gelombang samudera.

Gomong Square, 18 April 2014

IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.com

You Might Also Like

0 komentar: