Berita
dakwatuna.com – Setelah mengalami koma selama delapan tahun, mantan Perdana Menteri Israel Ariel ‘Buldoser’ Sharon akhirnya menemui ajal pada sabtu (11/1).
Selama delapan tahun terakhir, Sharon dirawat di Sheba Medical Center di luar Tel Aviv. Kondisi Sharon dikabarkan memburuk selama sepekan terakhir.
Bahkan Direktur Sheba Medical Center dalam pernyataannya mengatakan bahwa hanya keajaiban yang dapat menolong Sharon.
“Kondisinya saat ini semakin memburuk dan terus memburuk dari hari ke hari, kecuali jika ada keajaiban,” kata Dr. Zeev Rotstein, Senin (6/1).
Putranya, Gilad Sharon, mengatakan, “Dia telah pergi. Dia pergi ketika memutuskan untuk pergi.”
Sementara itu, kabar kematian Sharonpun disambut gembira rakyat Palestina khususnya Hamas. Bagi rakyat Palestina Sharon dikenal sebagai sosok pembantai pengungsi Palestina.
“Rakyat kami secara ekstrim sangat gembira atas kematiannya (Sharon) karena darah kami berada di tangan dia dan juga darah pemimpin kami,” tegas juru bicara Hamas, Sami Abu Zurhi, seperti dilansir Reuters, Sabtu (11/1/2014). (bbc/sbb/dakwatuna)
8 Tahun dalam Siksa Dunia, Ariel Sharon Temui Ajalnya
dakwatuna.com – Setelah mengalami koma selama delapan tahun, mantan Perdana Menteri Israel Ariel ‘Buldoser’ Sharon akhirnya menemui ajal pada sabtu (11/1).
Selama delapan tahun terakhir, Sharon dirawat di Sheba Medical Center di luar Tel Aviv. Kondisi Sharon dikabarkan memburuk selama sepekan terakhir.
Bahkan Direktur Sheba Medical Center dalam pernyataannya mengatakan bahwa hanya keajaiban yang dapat menolong Sharon.
“Kondisinya saat ini semakin memburuk dan terus memburuk dari hari ke hari, kecuali jika ada keajaiban,” kata Dr. Zeev Rotstein, Senin (6/1).
Putranya, Gilad Sharon, mengatakan, “Dia telah pergi. Dia pergi ketika memutuskan untuk pergi.”
Sementara itu, kabar kematian Sharonpun disambut gembira rakyat Palestina khususnya Hamas. Bagi rakyat Palestina Sharon dikenal sebagai sosok pembantai pengungsi Palestina.
“Rakyat kami secara ekstrim sangat gembira atas kematiannya (Sharon) karena darah kami berada di tangan dia dan juga darah pemimpin kami,” tegas juru bicara Hamas, Sami Abu Zurhi, seperti dilansir Reuters, Sabtu (11/1/2014). (bbc/sbb/dakwatuna)
0 komentar: