Sosok
Merdeka.com - Haji Agus Salim dikenal sebagai negarawan dengan kecerdasan luar biasa. Salah satu kemampuannya yang banyak dipuji di dalam dan luar negeri adalah menguasai banyak bahasa.
"Kepandaiannya luar biasa. Dalam seratus tahun hanya lahir satu manusia semacam itu," puji Bung Hatta.
Haji Agus Salim dikenal menguasai banyak bahasa, sedikitnya sembilan bahasa. Dia menularkan kemampuan berbahasa asing itu kepada anak-anaknya. Sejak kecil, anak-anaknya sudah lancar berbahasa Belanda. Berikut kisah tentang kemampuan bahasa asing Haji Agus Salim yang mengundang pujian seperti dirangkum merdeka.com:
Merdeka.com - Tahun 1930, Agus Salim menghadiri Konferensi Buruh Internasional di Jenewa. Dia hadir didaulat sebagai penasehat delegasi buruh Belanda.
Merdeka.com - Haji Agus Salim
yang akrab dipanggil Pak Salim merupakan sosok politisi istimewa di
benak masyarakat dan cendekiawan Mesir.? Kemampuan berbahasa asing salah
satu tokoh elit Sarekat Islam (SI) ini sempat memukau khalayak Mesir.
Hal itu seperti kesaksian M. Zain Hasan, aktivis 1947, yang mencari
dukungan Mesir (Liga Arab) untuk Indonesia.
"Saya khusus ingat kepada Salim yang pada suatu hari akan saya undang ke istana sini. Orangtua yang sangat pintar ini seorang jeni dalam bahasa, bicara dan menulis dengan sempurna dalam sembilan bahasa. Dia hanya memiliki satu kelemahan yaitu: bahwa selama hidupnya melarat."
Jef Last mengutip cerita Sutan Sjahrir kepadanya. "Kami sekelompok besar pemuda, bersama-sama mendatangi rapat di mana Pak Salim akan berpidato dengan maksud mengacaukan pertemuan itu. Pada waktu itu Pak Salim telah berjanggut kambing yang terkenal itu dan setiap kalimat yang diucapkan Pak Haji disahut oleh kami dengan mengembik yang dilakukan bersama-sama. Setelah ketiga kalinya kami menyahut dengan "me, me, me" (mbek), maka Pak Salim mengangkat tangannya seraya berkata.
"Tunggu sebentar. Bagi saya sungguh suatu hal yang sangat menyenangkan bahwa kambing-kambing pun telah mendatangi ruangan ini untuk mendengarkan pidato saya. Hanya sayang sekali bahwa mereka kurang mengerti bahasa manusia sehingga mereka menyela dengan cara yang kurang pantas. Jadi saya sarankan agar untuk sementara tinggalkan ruangan ini untuk sekadar makan rumput di lapangan. Sesudah pidato saya ini yang ditujukan kepada manusia selesai, mereka akan dipersilakan masuk kembali dan saya akan berpidato dalam bahasa kambing khusus untuk mereka. Karena di dalam agama Islam, bagi kambing pun ada amanatnya dan saya menguasai banyak bahasa."
"Kami tidak tinggalkan ruangan," kata Sjahrir. "Tetapi kami terima dengan muka merah gelak tawa dari hadirin lainnya," imbuhnya. Masih menurut Sjahrir, sesudah peristiwa itu para pemuda masih melawannya. "Tetapi tidak pernah lagi kami mencemoohkannya," ujar Sjahrir dikutip Jef Last.
4 Kisah bahasa asing Haji Agus Salim bikin orang terkagum-kagum
Merdeka.com - Haji Agus Salim dikenal sebagai negarawan dengan kecerdasan luar biasa. Salah satu kemampuannya yang banyak dipuji di dalam dan luar negeri adalah menguasai banyak bahasa.
"Kepandaiannya luar biasa. Dalam seratus tahun hanya lahir satu manusia semacam itu," puji Bung Hatta.
Haji Agus Salim dikenal menguasai banyak bahasa, sedikitnya sembilan bahasa. Dia menularkan kemampuan berbahasa asing itu kepada anak-anaknya. Sejak kecil, anak-anaknya sudah lancar berbahasa Belanda. Berikut kisah tentang kemampuan bahasa asing Haji Agus Salim yang mengundang pujian seperti dirangkum merdeka.com:
Inggris dan Prancisnya dipuji saat konferensi di Jenewa
Merdeka.com - Tahun 1930, Agus Salim menghadiri Konferensi Buruh Internasional di Jenewa. Dia hadir didaulat sebagai penasehat delegasi buruh Belanda.
Di dalam konferensi, Haji Agus Salim berpidato memakai bahasa Inggris. Pidato yang baik dan bagus itu mendapatkan pujian dari peserta konferensi.
Terpantik oleh bagusnya pidato dia, ada seorang peserta menantang Agus Salim berpidato dalam bahasa Prancis di lain waktu. Saat Agus Salim
mendapatkan gilirannya, dia berpidato dalam bahasa Prancis. Hal itu
didahului dengan permintaan izin dia untuk diperkenankan memakai bahasa
Prancis.
Permintaan peserta konferensi yang terkesan tantangan
itu dengan mudah dia penuhi. Pidatonya dalam bahasa Prancis memperoleh
pujian. Hal yang sama dia peroleh pada pidato awal via bahasa Inggris.
Menurut Mohamad Roem, anak didik Agus Salim
sebelum masa kemerdekaan, orang Belanda anti ucapkan pujian, bahkan
penghargaan pun tidak. Dia menilai pujian orang Belanda terhadap Agus Salim itu sangat menonjol. Apalagi orang Belanda terikat perasaan, jika bangsa Indonesia masih terbelakang.
Bahasa Arabnya sangat fasih
Merdeka.com - Haji Agus Salim
yang akrab dipanggil Pak Salim merupakan sosok politisi istimewa di
benak masyarakat dan cendekiawan Mesir.? Kemampuan berbahasa asing salah
satu tokoh elit Sarekat Islam (SI) ini sempat memukau khalayak Mesir.
Hal itu seperti kesaksian M. Zain Hasan, aktivis 1947, yang mencari
dukungan Mesir (Liga Arab) untuk Indonesia.
Saat berkunjung ke
Mesir, Pak Salim mengadakan tiga kali ceramah dengan tiga bahasa yang
berlain-lainan. Ceramah itu diucapkan lewat bahasa Prancis di Institut
Geografi Kerajaan, bahasa Inggris di Aula Universitas Fouad I
(Universitas Kairo sekarang), dan bahasa Arab di Gedung Persatuan
Wartawan Mesir.
Gedung Persatuan Wartawan Mesir adalah saksi bisu
dia mengejutkan para pewarta Mesir waktu itu. Tak ada yang mengira Pak
Salim akan berpidato dengan bahasa Arab. Mulanya Pak Salim memberi
penerangan dan menjawab pertanyaan mengenai Indonesia dalam bahasa
Indonesia. M. Zain Hasan adalah orang yang diminta menjadi petugas
penterjemah ke bahasa Arab.
Kejadian itu dimulai ketika acara
perjamuan yang disediakan Persatuan Wartawan Mesir untuk menghormati Pak
Salim. Ketua Persatuan Wartawan Mesir, Hafiz Mahmoed, memulai sambutan
dengan ucapan welcome, persahabatan dan persaudaraan Islam yang iklhas
dan akrab. Sekonyong-konyong Pak Salim menjawab sambutan tersebut.
Jawaban dengan irama serupa, serta terima kasih atas sokongan media
massa Mesir dan negara Timur Tengah diucapkan fasih dalam bahasa Arab.
M.
Zain Hasan terkejut, sebelumnya dia telah bersiap-siap untuk
menterjemahkan. Diiringi ngangaan hadirin, Pak Salim langsung berbicara
dalam bahasa Arab fasih, kata-kata halus terpilin dalam susunan bermutu
tinggi.
Hadirin bergemuruh tepuk tangan tanda kekaguman dan
penghargaan. Hafiz Mahmoed pun tergesa menjabat tangan Pak Salim dengan
semesara-mesranya.
Pujian dari Belanda
Merdeka.com - Prof Schermerhorn yang mewakili Belanda dalam perundingan Linggarjati memiliki kesaksian sendiri soal kemampuan berbahasa asing Haji Agus Salim. Dia menuliskan tersendiri dalam buku hariannya terbit tahun 1970, Senin malam 14 Oktober 19.46 pukul 21.15.
"Saya khusus ingat kepada Salim yang pada suatu hari akan saya undang ke istana sini. Orangtua yang sangat pintar ini seorang jeni dalam bahasa, bicara dan menulis dengan sempurna dalam sembilan bahasa. Dia hanya memiliki satu kelemahan yaitu: bahwa selama hidupnya melarat."
Bahkan paham bahasa kambing
Merdeka.com - Jef Last, penulis Belanda yang berkenalan dengan Haji Agus Salim ketika Agus Salim menemui tokoh SDAP PJ Troelstra di Belanda pada 1930. Cerita Jef Last ini dimuat dalam buku Seratus Tahun Haji Agus Salim terbitan Sinar Harapan.Jef Last mengutip cerita Sutan Sjahrir kepadanya. "Kami sekelompok besar pemuda, bersama-sama mendatangi rapat di mana Pak Salim akan berpidato dengan maksud mengacaukan pertemuan itu. Pada waktu itu Pak Salim telah berjanggut kambing yang terkenal itu dan setiap kalimat yang diucapkan Pak Haji disahut oleh kami dengan mengembik yang dilakukan bersama-sama. Setelah ketiga kalinya kami menyahut dengan "me, me, me" (mbek), maka Pak Salim mengangkat tangannya seraya berkata.
"Tunggu sebentar. Bagi saya sungguh suatu hal yang sangat menyenangkan bahwa kambing-kambing pun telah mendatangi ruangan ini untuk mendengarkan pidato saya. Hanya sayang sekali bahwa mereka kurang mengerti bahasa manusia sehingga mereka menyela dengan cara yang kurang pantas. Jadi saya sarankan agar untuk sementara tinggalkan ruangan ini untuk sekadar makan rumput di lapangan. Sesudah pidato saya ini yang ditujukan kepada manusia selesai, mereka akan dipersilakan masuk kembali dan saya akan berpidato dalam bahasa kambing khusus untuk mereka. Karena di dalam agama Islam, bagi kambing pun ada amanatnya dan saya menguasai banyak bahasa."
"Kami tidak tinggalkan ruangan," kata Sjahrir. "Tetapi kami terima dengan muka merah gelak tawa dari hadirin lainnya," imbuhnya. Masih menurut Sjahrir, sesudah peristiwa itu para pemuda masih melawannya. "Tetapi tidak pernah lagi kami mencemoohkannya," ujar Sjahrir dikutip Jef Last.
0 komentar: