Pena Iwan
HIJRAH dari Keterpurukan Menuju Cahaya Peradaban*
Hijrah sangat identik dengan
sebuah peristiwa dalam sejarah Islam dimana ia adalah penanda perantara
dimulainya sebuah fase sejarah dari 2 episode besar perjalanan dakwah
Rasulullah SAW yaitu dari Fase Makiyah (fase penguatan ajaran tauhid) menjadi
Fase Madaniyah (fase membangun dan bernegara). Fase yang sangat mempengaruhi
hampir semua dimensi ruang dan waktu serta muatan sejarah Islam. Proses Hijrah
ini kemudian menjadi Inspirasi baik itu berupa ungkapan kata “ Hijrah “ atau
dinamika perubahan yang terjadi untuk dilekatkan pada aktifitas keseharian
seseorang, institusi maupun Negara dalam merubah kondisinya dari keterpurukan
dan kegelapan menjadi kejayaan dan gemilangan cahaya peradaban.
Ruang hijrah dalam setiap dimensi
kehidupan setidaknya harus memiliki 3 komponen pelaku utama yaitu : Inisiator
yang kreatif, Totalitas para katalisator dan Generasi pewaris kejayaan.
INISIATOR YANG
KREATIF
Dalam peristiwa hijrah dapat
dilihat bagaimana Rasulullah dan kaum Muhajirin mampu memobilisasi semua potensi
kreatif sebagai inisiator hijrah. Bagaimana menentukan dimana tempat tujuan
hijrah? , membagi beberapa rombongan hijrah ketempat lain untuk memperoleh
suaka sebelum kemudian menjadikan Madinah sebagai tujuan Hijrah yang utama,
mengutus orang-orang pilihan untuk melakukan prakondisi tempat hijrah, membagi
rombongan hijrah seacara bertahap dan siapa saja yang diikut dalam
masing-masing gelombang, mengapa Rasulullah termasuk yang belakangan melakukan
hijrah?, menempatkan siapa saja yang masih di Mekah saat Rasul dan Abubakar
Hijrah?, Rute perjalanan Hijrah Rasulullah dan lain sebagainya. Ini semua
tentunya tidak dipersiapkan secara mendadak apalagi spontan, namun telah
melalui sebuah proses pemikiran, perhitungan, perencanaan dan kreatifitas yang panjang sampai kemudian datang perintah
Allah SWT agar Rasullullah berangkat Hijrah.
Dalam kondisi seberat apapun
seperti yang dirasakan oleh kaum muhajirin di Mekah : Dimusuhi mayoritas
penduduk dan penguasa, dikucilkan keluarga dan kerabat, diembargo bisnis dan
ekonominya, ditekan secara mental. Jangan sampai itu semua mematikan gerak dan
langkah untuk berpikir kreatif sekaligus menjadi inisiator melakukan perubahan
keluar dari tempat yang penuh kehinaan, kondisi yang menyandera keimanan dan
spiritualitas sehingga stagnan dan tidak produktif, posisi dimana masa depan
sangat suram dan gelap serta dominasi mayoritas kekuasaan dan penduduk yang
irasional dalam belenggu kejahiliyahan.
Sosok Inisiator dan creator yang
berani tidak boleh terkalahkan oleh apapun, karena darinyalah muncul benih dan
tumbuhnya perubahan-perubahan besar maupun kecil sebagai penanda
keberadaan dan bangkitnya sesuatu
TOTALITAS PARA
KATALISATOR
Laku hijrah selain para pemeran
utama, tentunya harus di topang oleh berbagai daya dukung lainnya yang
berfungsi sebagai katalisator, pemercepat terjadinya proses hijrah dan
pemercepat tercapainya tujuan hijrah tersebut.
Dalam peristiwa hijrah Rasulullah
SAW para katalisator ini diperankan oleh Kaum Anshar di Madinah dengan segala
totalitas perjuangannya. Totalitas itu dapat dilihat baik dengan harta, jiwa
dan raga. Madinah dan Anshar adalah ruang baru dengan segala potensi mobilisasi
SDA dan SDM yang dimilikinya menopang utama Rasulullah dan Muhajirin yang
meninggalkan kampung halamannya di Mekah. Sebagaimana dapat kita baca dalam
sejarah indah hijrah yang kaya dengan hikmah dan pembelajaran, para katalisator
ini dengan lapang dada dipersaudarakan satu persatu dengan saudaranya dari
Muhajirin yang tentunya hanya membawa sedikit apa yang terselamatkan dari milikinya
dari Mekah, Ada seorang Anshor yang rela membagi dua lahan kebunnya kepada
orang yang baru dikenalnya seketika itu dari kaum muhajirin. Sebuah legenda
sejarah yang Indah atas totalitas para katalisator hijrah.
Tidak bisa dipungkiri baik secara
personal maupun sekelomok masyarakat bahkan sebuah institusi Negara yang sedang
bergerak maju apalagi bangkit dari keterpurukan harus memiliki sebanyak mungkin
pendukung yang dapat berfungsi sebagai katalisator yang penuh dengan pengorbanan
melakukan letupan-letupan pemercepatan di berbagai dimensi kehidupan.
GENERASI
PEWARIS KEJAYAAN
Kemuliaan, Ruh, Visi Besar, dan
Narasi membangunan peradaban yang menjiwai dan dibawa oleh peristiwa hijrah
tidak hanya terhenti sebatas pada kaum Muhajirin dan Anshor yang ada pada saat
peristiwa itu berlangsung saja. Namun lebih dari itu perlu adanya pewarisan
pada generasi yang dibelakang waktu baru mendapat anugerah hidayah masuk dalam
pangkuan kemuliaan Islam. Itulah visi besar hijrah, membangun peradaban dari
kegelapan menuju cahaya agar dapat terus berlangsung dari waktu ke waktu hingga
hari ini.
Tanpa adanya proses pewarisan
antar generasi dari pelaku utama hijrah kepada para Tabi’ien dan para pendukung
sesudah mereka adalah mustahil Ruh Hijrah itu dapat menggaung hingga berabad-abad
sampai ke generasi Shalahudin Al Ayyubi yang berhasil membebaskan Al-Quds Masjid
Al-Aqsha atau generasi Muhammad Al-Fatih yang berhasil mengembalikan
Konstatinopel dalam pangkuan Islam bahkan pada generasi-generasi Islam Abad
ke-15 Hijriyah seperti kita ini sebagai pewaris kejayaan tersebut dalam arti
bukan sekedar mewarisi kemegahan kisah hijrah saja tapi sebagai pelaku hijrah
dalam konteks kekinian.
Memaknai Hijrah selain seperti apa
adanya sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, juga yang
terpenting adalah memaknai, merefleksikan serta merealisasikannya dalam laku kekinian pada semua dimensi ruang
dan waktu yang ada pada pribadi, organisasi, masyarakat bahkan Negara. Melawan keterbelengguan
keterbelakangan, penjara irasionalitas dan kebodohan, penyanderaan
kejahiliyahan, ketidak produktifitasan mentalitas spiritual, dan kegelapan masa depan dengan keberanian serta pengorbanan berhijrah menuju loncatan
melakukan perubahan, mengamputasi sisi kejahiliyahan yang masih melekat,
melakukan percepatan spiritual dalam keseharian, dan bergerak menuju cahaya
kejayaan dan keberkahan. Hal ini harus senantiasa berlaku pada sepanjang masa
dimuka bumi ini. Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 Hijriyah.
Thala’al badru alaina min
tsaniyati’I wada’
Wajabasy syukru alaina ma da’a
lillahi da’i
IWAN WAHYUDI
( Direktur Inspirasi Wajah Negeri, Penulis Buku BEST SELLER Inspirasi
dan Spirit Menjadi Manusia Luar Biasa)
*Tulisan ini
dimuat diPortal Berita Bima Terkini www.bimakini.com
Tanggal 2 Oktober 2016 http://www.bimakini.com/2016/10/hijrah-dari-keterpurukan-menuju-cahaya-peradaban/
0 komentar: