Sejarah Bima
T A M A T
Sumber : http://alanmalingi.blogspot.com
Legenda Tanah Bima
Pada
zaman dahulu wilayah yanhg terhampar diujung timur pulau Sumbawa di
bawah pimpinan para kepala suku yang disebut Ncuhi. Ncuhi asal kata
Ncuri yang berarti cikal bakal kehidupan bagi tumbuh-tumbuhan. Untuk
menjadi Ncuhi seseorang harus memiliki kelebihan di antaranya
keterampilan,keahlian,keperkasaan serta kesaktian. Sebab dia adalah
panutan seluruh rakyat yang dipimpinnya. Tutur kata dan perbuatannya
selalu dituruti oleh seluruh rakyat.
Para
Ncuhi diberi nama dan julukan sesuai nama wilayah yang dikuasainya. Ada
lima orang Ncuhi yang sangat terkenal. Mereka adalah Ncuhi Dara,Ncuhi
Parewa, Ncuhi Dorowuni, Ncuhi Bangga pupa, dan Ncuhi Padolo. Ncuhi
Parewa menguasai wilayah selatan, Ncuhi Banggapupa menguasai wilayah
utara, Ncuhi Dorowuni menguasai wilayah sebelah timur, Ncuhi Padolo
menguasai wilayah sebelah barat sedangkan Ncuhi Dara menguasai dan
memimpin wilayah Bima bagian tengah.
Mereka
hdup damai bersama seluruh rakyatnya. Mereka selalu bergotong royong
dan saling membantu sesama. Tua, muda dan bahkan anak-anak bahu membahu
jika ada hajatan di tengah masyarakat. Hal itulah yang senantiasa
membangkitkan rasa persaudaraan dan kebersamaan di tengah masyarakat.
Ibarat pepatah mengatakan “ Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Begitulah keadaan hidup masyarakat sehari-hari.
Pada
suatu hari seluruh Ncuhi dan masyarakat dari berbagai pelosok
dikejutkan dengan kedatangan salah seorang musafir dan bangsawan yang
terdampar di sebuah pulau nan elok permai. Pulau itu berada di sebelah
barat gunung Tambora. Pulau itu diberi nama pulau Satonda karena
jaraknya yang sangat dekat dengan daratan Labuan Kananga, maka
diberikanlah nama dengan Satonda(Satonda = Selangkah). Nama musafir itu
adalah Sang Bima. Ia mengasingkan diri di pulau itu karena di daerah
asalnya sedang di landa perang saudara.
Pada
awalnya masyarakat sangat khawatir akan keselamatannya. Karena di
sekitar pulau itu terdapat seekor Naga yang sangat ganas. Namun berkat
kesaktian dan ilmu yang dimilikinya ia mampu melawan Sang Naga dan pada
akhirnya Naga itupun selalu hidup bersamanya di pulau itu. Dan ia pun
keluar dari pulau itu bersama Sang Naga. Tak beberapa lama kemudian Naga
itu tiba-tiba melahirkan seorang anak perempuan yang teramat cantik.
Karena dilahirkan dari rahim seekor Naga, maka nama anak itu diberinama Putri Tasi Sari Naga.
Pada
perkembangan selanjutnya, nama Sang Bima selalu menjadi buah bibir di
tengah masyarakat berkat ilmu dan pengalamannya. Ia sangat ramah, baik
hati, suka mnenolong serta berbudi pekerti luhur. Ia dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekita. Meskipun ia adalah pendatang baru, namun
ia mampu menempatkan diri di temjpat yang baru. Ia sering bergaul dan
bercengkerama dengan masyarakat sekitar. Ibarat pepatah mengatakan “ Dimana Bumi dipijak, di situ langit dijunjung.”
Setelah
sekian lama tinggal dan bergaul di tengah masyarakat, ia jatuh cinta
kepada Puteri Tasi Sari Naga. Dan tak beberapa lama kemudian mereka pun
melangsungkan pernikahan. Setelah menikah mereka mulai melakukan
petualangan ke seluruh pelosok negeri. Bukit dan gunung didaki, lembah
dan ngarai dilalui, laut dan sungai diseberangi.
Pada
suatu hari mereka disambut oleh Para Ncuhi beserta seluruh rakyat di
tepi pantai yang sangat indah di hamparan teluk Bima. Pantai itu bernama
LAWATA yang berarti pintu gerbang untuk memasuki istana Ncuhi Dara. Mereka diarak sampai ke istana Ncuhi Dara.
Semenjak
tinggal bersama Ncuhi Dara, Sang Bima mengajarkan berbagai ilmu dan
ketrampilan yang dimilikinya kepada masyarakat sekitar. Seperti
berladang dan berhuma, memancing dan melaut, serta berburu. Sejak saat
itu pula, ia menjadi panutan seluruh rakyat. Tutur kata dan perbuatannya
selalu dituruti oleh rakyat dan para Ncuhi. Keramahannya semakin
menambah simpati seluruh rakyat.
Pada suatu hari seluruh Ncuhi berkumpul di Gunung Dara(Sekarang Doro Dara) untuk mengadakan musyawarah.
“
Saudara-saudara, pada hari ini saya mengundang saudara untuk
membicarakan hal –hal yang sangat penting bagi kemajuan daerah kita di
masa yang akan datang.” Ncuhi Dara mulai membuka musyawarah itu.
“ Apakah gerangan maksud tuan Ncuhi Dara ?” Ncuhi Parewa ingin tahu.
“
Kita membutuhkan seorang pemimpin sebagai payung bagi kita semua.
Karena selama ini kita hidup terpencar dalam wilayah yang luas ini. Dan
kita harus dipersatukan oleh seorang pemimpin.” Demikian Ncuhi Dara
menyampaikan keinginannya.
“
Memang itu sangat penting Saudara-saudara.” Ncuhi Dorowuni memotong.”
Daerah kita ini sangat luas dan jika ada musuh yang datang, maka kita
akan sangat sulit untuk menghadapinya.”
“ Tapi, siapakah yang akan kita angkat sebagai raja atau pemimpin ?” Ncuhi Padolo penasaran.
“ Sang Bima adalah pemimpin kita.” Ncuhi Bangga pupa memberi keputusan.
Akhirnya
seluruh Ncuhi sepakat untuk mengangkat Sang Bima sebagai raja atau
pemimpin. Mereka menemui Sang Bima beserta Puteri Tasi Sari Naga di tepi
pantai di sebelah utara. Di sana mereka melihat Sang Bima sedang
memahat sebuah prasasti pada sebuah batu karang. Para Ncuhi memberi tahu
sang Bima tentang hasil musyawarahnya. Sang Bima pun menerima amanat
itu. Kemudian menyerahkan kembali kepada Ncuhi Dara untuk memimpin
sementara waktu. Dan dia berjanji bahwa dikelak kemudian hari akan
datang anak keturunannya yang akan melanjutkan kepemimpinan. Karena dia
harus kembali ke daerah asalnya.
Sejak
saat itu, nama sebuah daerah yang terhampar di ujung timur pulau
Sumbawa di beri nama BIMA. Dan batu karang yang dipahat Sang Bima itu
masih ada sampai sekarang. Dan telah menjadi tempat wisata sejarah yang
bernama WADU PA’A (Wadu = Batu Pa’a = Pahat).
Sumber : http://alanmalingi.blogspot.com
0 komentar: