Pena Iwan
Hentakan Guguran Daun
Saat berdiri bershaff posisi pose foto bersama reuni Alumni SMP Teke 97 tiba-tiba terbersit nostalgia lama ketika dihalaman sekolah dua dekade lalu.
Tentu kita semua ingat mulai dari gerbang sekolah, memasuki halaman yang rindang dengan pohon besar, siapapun pasti akan mendapatkan sarapan berdiri bershaff lalu jongkok memungut daun-daun berguguran hingga bermeter dihadapan. Lalu sarapan pasti ditambah dengan menu yang sama dihalaman kelas bagian atas/belakang sekolah. Dari setiap kaca jendela kelas pandangan membentang tepi gunung yang terlihat punggungnya kebanyakan menguning karena kering. Sarapan menu ini tanpa pandang bulu hatta pada anak guru sekolah kita sekalipun hingga pejabat lainnya.
Daun-daun berguguran yang terpugut dan dibuang dalam lubang belakang sekolah itu, tentu bukan tanpa makna, dalam jangka beberapa waktu kemudian ia akan menghentakan, menyegarkan dan memberi energi hara pada sekelilingnya.
20 tahun lalu, mungkin kita seperti dedaunan berguguran itu. Tak menjadi pusat perhatian karena apalah sekolah pinggir gunung kita, dibanding yang di ibukota kabupaten. Namun hari ini sebagian kita spontan terhentak, saat harus mengeja kembali satu-satu wajah teman sebarisan memungut daun berguguran dulu. "Ternyata banyak juga angkatan kita yang jadi orang", bukan ungkapan subyektif satu orang tapi banyak suara yang tertangkap telinga hari ini.
Kita selalu perlu hentakan, walau seperti daun-daun berguguran. Yang maknanya mungkin tak terasa saat ini, tapi buahnya ranum memanis pada waktunya nanti.
26062017/2 Syawal 1438
0 komentar: