Info Dunia Islam
| Sampai Abad 17, Orang Yahudi Tak Punya Tanah di Al-Quds Selasa, 28/07/2009 12:26 WIB KNRP - Pusat Studi dan Konsultasi El-Zaetunah baru-baru ini merilis buku terbaru berjudul 'Kota Al-Quds: Penduduk dan Wilayahnya (Arab dan Yahudi) Tahun 1858-1948". Buku itu ditulis oleh Profesor Dr Muhamad Isa Salehiyah, guru besar sejarah dan peradaban dari Universitas Yarmuk Yordania. Demikian seperti ditulis situs palestine times. Buku yang terbit dari pusat studi di Beirut itu merupakan studi ilmiah mendalam terkait Al-Quds (Yerusalem), wilayah dan penghuninya antara Arab d an Yahudi pada tahun 1858-1948. Buku itu terasa sangat istimewa dikarenakan didukung oleh dokumen-dokumen dari Khilafah Ustmaniyah (Otoman), Inggris, AS dan Zionis. Selain itu, pakar sejarah itu juga merujuk kepada catatan-catatan pengadilan resmi di Al-Quds dan risalah-risalah Dewan Kota di Al-Quds untuk membaca ulang bagaimana berkumpulnya komunitas imigran-imigran asing Yahudi berdatangan ke Al-Quds dan membaca ulang bagaimana mereka bermukim di perbatasan-perbatasan Al-Quds dan sekitarnya. Salehiyah menemukan bagaimana orang-orang Yahudi menggunakan cara-cara kotor dan tipu-muslihat serta permainana tingkat tinggi atas undang-undang Kesultanan Ustmaniyyah agar mereka bisa melawat ke Al-Quds untuk kemudian membentuk komunitas tersendiri. Guru besar itu juga memaparkan cara-cara orang-orang Yahudi untuk mengokohkan konsep migrasi, permukiman dan cara mendapatkan tanah di era Ustmaniyyah, terutama terkait undang-undangnya, pajak, pencabutan aset-aset, pengusiran secara paksa untuk para petani serta sanksi-sanksi massal. Penemuan terpenting dari buku itu adalah, sampai abad ke-17 terbukti secara meyakinkan bahwa orang-orang asing Yahudi itu tidak pernah memiliki sejengkal tanah pun, tidak juga rumah atau pertokoan di kota-kota Al-Quds ataupun di desa-desanya. Bahkan, komplek kuburan Yahudi, dulunya merupakan tanah yang mereka sewa dari lahan wakaf Islam. Buku itu juga menegaskan bahwa pada abad ke-17 jumlah orang Yahudi di Al-Quds sangat sedikit. Bahkan mereka yang sedikit itu sempat meninggalkan Al-Quds akibat kondisi perekonomian mereka yang terjun bebas. Oleh klarena itu, lanjut buku itu, Al-Quds pada saat itu bukanlah hal yang sangat pentin g bagi orang Yahudi. Pada bagian lain buku itu mengingatkan peran penjajah Inggris terhadap Palestina dan Kota Al-Quds pada tahun 1917 sesuai rencana program Zionis-Inggris untuk segera dilaksanakan, khususnya terkait Perjanjian Belfour dan Mandat Inggris serta undang-undang dan intruksi-intruski serta rekomendasi-rekomendasi yang sangat menguntungkan Yahudi dan gerakan Zionisme. Namun demikian buku itu juga mengingatkan bagaimana target-target mereka melemah khususnya terkait konsep permukiman dan penyitaan tanah-tanah warga Palestina, di mana mereka menemui kebuntuan meski berbagai cara telah tempuh. Hasilnya, selama sekitar satu abad hanya 6 persen saja tanah Palestina yang berhasil dikuasai Yahudi. (milyas/paltimes) |
Lebih aman saat online.
Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!






0 komentar: