Berita

Infrastruktur Jembatan di Gunung Tambora Memprihatinkan

17.38.00 Iwan Wahyudi 0 Comments




*Suryadi : Jika Tidak Ditangani, Ancam Program Unggulan Pariwisata NTB

MATARAM, Pos Bali – Sarana infrastruktur berupa jembatan di kecamatan Tambora, kabupaten Dompu rusak dan tak bisa dilalui. Akibatnya, akses transportasi utama warga guna mengangkut hasil pertanian di wilayah tersebut terkendala.

Sejumlah jembatan yang rusak itu yakni,  satu jembatan di desa Nangamiro kecamatan Pekat dalam kondisi miring dan mau roboh,  tiga jembatan di desa Labuhan Kananga kecamatan Tambora tidak dapat dilalui roda empat dan harus melintasi sungai.

Wakil Ketua DPRD NTB, Suryadi Jaya Purnama ST, yang berkesempatan mengunjungi lokasi itu dalam resesnya, meyayangkan belum adanya upaya nyata dari Pemprov NTB melalui SKPD terkait. Padahal, Pemprov melalui Gubernur beberapa waktu lalu, telah melaunching program “Tambora Menyapa Dunia 1815-2015″ atau peringatan dua abad meletusnya Gunung Berapi Tambora, yang puncak peringatannya diagendakan pada 11 April 2015 mendatang.

“Harusnya, launching program unggulan dibidang pariwisata juga diikuti dengan program perbaikan infrastruktur di wilayah setempat. Bagaimana, wisatawan mau berkunjung, jika akses penghubungnya rusak parah,” tegas Suryadi menjawab Pos Bali, Minggu (15/2) kemarin.

Ia mengatakan, ketiadaan jembatan tersebut sangat mengganggu perekonomian warga di wilayah itu. Apalagi, disaat musim hujan akhir-akhir ini, air sungai akan deras dan meninggi yang menyebabkan  warga tidak akan bisa melintasi sungai tersebut.

Kondisi itu, kata Suryadi, telah berlangsung bertahun-tahun lamanya sehingga harus menjadi perhatian serius pemerintah sebagai upaya pemerataan pembangunan di wilayah Timur NTB untuk meningkatkan jalur perekonomian masyarakat kecamatan Tambora dan sekitarnya.

“Yang jelas, pembangunan infrastruktur berupa jembatan juga harus menyasar ke semua wilayah. Apalagi, kawasan Tambora di Dompu telah ditetapkan sebagai kawasan strategis pengembangan pariwisata di NTB. Jadi ya, mau tidak mau segala fasilitas infrastrukturnya, harus dilengkapi secepatnya,” kata Suryadi.

Tak hanya masalah infrastruktur jembatan, Ketua DPW PKS NTB itu dalam resesnya, juga menyoroti ketiadaan sarana infrastruktur dasar lainnya berupa listrik dan air bersih di wilayah transmigrasi SP-6 di desa Labuhan Kananga, kecamatan Tambora hingga kini. Padahal, air bersih dan  listrik merupakan kebutuhan wajib yang harus disiapkan pemda setempat.

“Bagaimana para transmigran bisa nyaman tinggal jika infrastruktur dasarnya tidak disiapkan. Ini harus menjadi agenda secepatnya untuk disegerakan penanganannya,” ujar Suryadi.
Terdapat tiga agenda besar dalam peringatan dua abad meletusnya gunung Tambora, yakni kegiatan sosialisasi sekaligus promosi keunggulan gunung Tambora, pengembangan situs dan daya tarik wisata, dan pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan dan pelabuhan laut.

Diyakini, pascapuncak peringatan dua abad Tambora, para arkelog dunia akan datang meneliti sejarah letusan gunung Tambora. Konon, Napoleon kalah perang karena distribusi logistik yang cukup panjang dihalangi oleh kabut letusan gunung Tambora.

Gunung Tambora atau Tomboro adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di dua kabupaten di pulau Sumbawa, yaitu kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi NTB.

Gunung Tambora terletak di sisi utara maupun selatan kerak oseanik, yang terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya dan berada pada ketinggian sampai 4.300 meter persegi sehingga pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung itu, padahal diperlukan waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.

Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Dimana, letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181, karena letusan gunung Tambora terdengar hingga pulau Sumatera (lebih dari 2.000 km).

Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000-12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut.

Bahkan, beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, meski angka tersebut diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi lantaran tiga kerajaan yakni Kerajaan Pekat, Tambora dan Sanggar, dilaporkan ikut terkubur.  Saat itulah diperkirakan kapal kuno terkubur bersama awaknya dalam letusan gunung Tambora.

Selain itu, letusan Gunung Tambora juga menyebabkan perubahan iklim dunia, yang mencuat satu tahun berikutnya (1816) yang sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora itu.

Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.

“Nah, peristiwa letusan gunung Tambora memang menjadi agenda besar kita. Tapi, perbaikan infrastruktur bagi warga sekitar juga mendesak untuk dikerjakan. Hal ini tidak lain dihajatkan bagi kenyamanan wisatawan asing dan tentunya, masyarakat di sekitar kawasan Gunung Tambora itu,” tandas Suryadi Jaya Purnama seraya menambahkan, jika persoalan infrastruktur tidak disegarakan, maka dikhawatirkan, akan bisa mengancam program “Tambora Menyapa Dunia 1815-2015″  itu. rul.

Sumber : http://posbali.com

You Might Also Like

0 komentar: