Berita
Hujan masih menyisakan gerimis ketika beliau bersama rombongan masuk ke dalam gedung Aisyiyah semalam (Selasa 11/02) dalam acara temu kader. Tidak seperti umumnya pejabat yang hanya menebar senyum, beliau langsung menyalami kader-kader ikhwan yang berdiri menyambut. Sosoknya mungkin tak seterkenal gubernur Jakarta, namun bagi rakyat Maluku Utara beliau adalah pemimpin impian. Dialah gubernur terpilih Provinsi Maluku Utara, Ustad Abdul Gani Kasuba.
Sebelumnya tak pernah ia mengira akan menjadi sosok politisi. Sepulang dari Madinah di masa orde baru, beliau sama sekali tidak tertarik bergabung di partai politik. Beliau memilih mengabdi di masyarakat dengan membangun madrasah-madrasah di kampung-kampung yang tersebar dari Maluku hingga Papua. Hal ini beliau lakoni hingga 25 tahun lamanya.
Memasuki tahun 2000-an, beberapa kader Partai Keadilan bahkan Ustadz Hilmi Aminuddin memintanya untuk bergabung. Meski semula enggan, ia akhirnya memutuskan menjadi salah satu kader dari partai dakwah tersebut.
“Waktu itu saya merasa disebut muallaf dalam perpolitikan. Saya tidak dianggap. Yang pertama karena tidak banyak uang, kemudian tidak tahu lika-liku politik,” katanya menceritakan proses pencalonan dirinya pada pemilihan legislatif di tahun 2004 untuk merebut kursi DPR RI.
Namun, kenyataan di lapangan memperlihatkan antusias warga Maluku terhadap Ustad Gani, begitu sapaan akrabnya. Beliau meraih suara terbanyak dan melenggang sebagai anggota DPR RI. Bahkan tiga tahun kemudian, beliau terpilih menjadi wakil gubernur mendampingi calon incumben.
Selanjutnya di tahun 2013, Partai Keadilan Sejahtera mengusung dirinya menjadi calon gubernur. Tidak seperti kelima kandidat yang lain, beliau terhitung tidak memiliki modal untuk bertarung. Olehnya, sejak awal beliau sudah mempersiapkan diri. Meskipun beliau juga tidak pesimis.
“Jadi selalu saya punya patokan yaitu kerja. Jangan tanya uang dulu. Bekerja dulu. Uang pasti kejar dari belakang. Itu tekad saya sampai berani mencalonkan diri menjadi wakil DPR, wakil gubernur sampai berani mencalonkan diri menjadi gubernur,” katanya lantang.
Jalannya memang bukan tanpa hambatan. Dua kali ia melayangkan gugatan ke MK karena dicurangi. Ia merasa masyarakat dibodohi karena ulah kandidat lawan yang membagi-bagikan uang. Bahkan belakangan kegiatan bagi-bagi uang ini tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi tapi secara terang-terangan dengan menggunakan helikopter.
“Bahkan dari helikopter mereka hambur uang. Itulah keadaan Malut. Sehingga orang-orang katakan, ini pertarungan antara katinting (perahu motor-pen) dan helikopter. Awalnya itu. Pertarungan kedua berubah lagi istilah, antara pertarungan doa dan doi (uang-pen). Pertarungan pertama itu saya menang di MK. Putaran kedua juga begitu,” katanya diikuti gemuruh takbir.
Selain menghamburkan uang, kecurangan juga dilakukan di TPS-TPS dengan menghapus hasil suara. Sehingga hasil suara menjadi jauh lebih sedikit dari yang seharusnya.
“Itu hasil suara saya di tipe-x (hapus-pen). Jadi kalau saya punya suara itu 930, di tipe-x 9-nya tinggal 30. Kalau 811, itu di tipe-x 8 tinggal 11 suara. Kalau 328, di tipe-x 28 tinggal 3 suara,” ujar Ust. Gani yang malam itu datang bersama istrinya.
Perjuangan beliau menjadi jauh lebih berat di putaran ketiga (Pemungutan Suara Ulang/PSU). Pada putaran ketiga, lokasi pemilihan hanya dilakukan di salah satu kabupaten pemekaran yaitu Taliabu. Daerah ini merupakan daerah yang melakukan kecurangan paling banyak dan merupakan daerah 'kekuasaan' dari lawan politiknya.
Namun, beliau tidak gentar meski ancaman, terror bahkan intimidasi menyertai perjuangannya. Selama 20 hari beliau tinggal pada sebuah rumah yang bersedia menampung ia dan istrinya. Sebab, rumah bahkan toko terprovokasi untuk melakukan boikot terhadap beliau.
Bahkan hampir tiap malam beberapa orang suruhan lawannya melempari rumah yang ditinggalinya. Hingga sempat membuat istri beliau yang tengah berada dalam posisi tiarap panik dan mengadu kepada suaminya.
“Saya bilang, Eh kamu jadi ibu gubernur itu jangan panako (penakut-pen). Kalau mau jadi calon ibu gubernur itu harus berani. Kalau tidak berani, kitorang (kita-pen) pulang saja. tidak usah berhadapan (ikut pemilu-pen).” Kenang beliau.
Intimidasi bukan hanya ditimpa oleh Ust. Gani. Bahkan relawan pendukung Ust. Gani sempat diusir, dipukul bahkan diancam akan dibunuh ketika memasuki desa-desa di kebupaten tersebut. Beruntung mendekati hari-H, polisi dan TNI mengerahkan ratusan anggotanya untuk mengamankan pemilukada putaran ketiga di Kabupaten Pemekaran, Taliabu. Bahkan, TNI-AL menempatkan kapal perangnya di pelabuhan.
Kekhawatiran aparat keamanan atas keselamatan Ust. Gani, membuat mereka mengusulkan agar beliau dan keluarga untuk mengungsi sementara ke Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Sebab, jarak kedua pulau itu cukup dekat sehingga hanya menempuh waktu dua jam menggunakan speedboat.
Bahkan membujuk beliau dengan mengatakan bahwa ketika perang, jenderal harus berada di belakang pasukan. Sebab, jenderal menjadi otak atas keberhasilan perang pasukan tempurnya. Namun, beliau tetap bergeming untuk bermukim di Taliabu.
“Saya bilang, ini kita pakai sistem dulu-dulu. Jenderal harus di depan, saya punya anak buah harus di belakang. Ya terpaksa kapolda minta brimob yang kawal saya sampai hari Senin, Selasa, Rabu. Rabu sudah terkumpul semua form C1 itu baru (kemudian-pen) saya sore itu meluncur ke Luwuk (Kab. Banggai, SULTENG-pen).” Ungkap Ust Gani yang juga baru selesai mengikuti mukernas Alkhairaat di Palu, Sulawesi Tengah.
Akhirnya perjuangan Ust. Gani berakhir manis. Meski hanya menang 30% di kabupaten pemekaran. Namun secara keseluruhan total suara, beliau terpilih menjadi Gubernur Maluku Utara. Menurutnya, ini semua berkat doa dari seluruh kader. Bahkan ia menceritakan ada seorang ustad yang khusus berangkat umrah untuk mendoakan kemenangan beliau.
Selain itu, menurutnya kemenangan tersebut juga tidak terlepas dari usaha untuk berada di tengah-tengah masyarakat. Sehingga meskipun ada kecurangan yang sangat jelas dan dahsyat, kita tetap dapat memenangkan pemilihan legislatif dan eksekutif. Sebab, menurutnya lagi, jabatan itu merupakan beban berat yang diserahkan oleh masyarakat agar kemudian dapat mengurus dan melayani masyarakat dengan baik.
Sehingga dalam penyampaiannya semalam di hadapan kader PKS Sulawesi Tengah, ia menegaskan bahwa selain doa, kerja kader juga harus terjun malayani langsung masyarakat. Meskipun saat ini badai fitnah masih senantiasa membayangi.
Menurutnya, fitnah merupakan partner dari perjuangan dakwah. Fitnah bahkan sudah menemani perjalanan dakwah di masa para Nabi dan Rasul. Sehingga menurutnya, kader PKS tidak perlu berkecil hati. Namun, juga jangan merasa terlalu bersih.
“Kalau kita menjalankan misi dakwah tidak difitnah, kita kembali ke belakang. Kau periksa dulu kau punya niat. Mungkin niat kau sudah terlalu sempit sehingga bajalan (berjalan-pen) seakan-akan tidak ada halangan. Tapi ketika kau dapatkan tantangan, dapatkan cobaan yang berat kau harus yakin bahwa jalanmu sudah benar. Sepeti ketika saya diusir, dilempar ketika masuk ke sebuah desa. Pokoknya intimidasi yang dahsyat. Tapi ketika saya diperlakukan seperti itu, saya yakin saya akan mendapat jalan dan pertolongan untuk jadi gubernur.” Tutupnya diikuti riuh takbir.
*by Lilasari M
Lika-Liku Perjuangan Abdul Gani Kasuba Jadi Gubernur Maluku Utara
Ustad Abdul Gani Kasuba di acara Temu Kader PKS Sulawesi Tengah (11/2/2014) |
Hujan masih menyisakan gerimis ketika beliau bersama rombongan masuk ke dalam gedung Aisyiyah semalam (Selasa 11/02) dalam acara temu kader. Tidak seperti umumnya pejabat yang hanya menebar senyum, beliau langsung menyalami kader-kader ikhwan yang berdiri menyambut. Sosoknya mungkin tak seterkenal gubernur Jakarta, namun bagi rakyat Maluku Utara beliau adalah pemimpin impian. Dialah gubernur terpilih Provinsi Maluku Utara, Ustad Abdul Gani Kasuba.
Sebelumnya tak pernah ia mengira akan menjadi sosok politisi. Sepulang dari Madinah di masa orde baru, beliau sama sekali tidak tertarik bergabung di partai politik. Beliau memilih mengabdi di masyarakat dengan membangun madrasah-madrasah di kampung-kampung yang tersebar dari Maluku hingga Papua. Hal ini beliau lakoni hingga 25 tahun lamanya.
Memasuki tahun 2000-an, beberapa kader Partai Keadilan bahkan Ustadz Hilmi Aminuddin memintanya untuk bergabung. Meski semula enggan, ia akhirnya memutuskan menjadi salah satu kader dari partai dakwah tersebut.
“Waktu itu saya merasa disebut muallaf dalam perpolitikan. Saya tidak dianggap. Yang pertama karena tidak banyak uang, kemudian tidak tahu lika-liku politik,” katanya menceritakan proses pencalonan dirinya pada pemilihan legislatif di tahun 2004 untuk merebut kursi DPR RI.
Namun, kenyataan di lapangan memperlihatkan antusias warga Maluku terhadap Ustad Gani, begitu sapaan akrabnya. Beliau meraih suara terbanyak dan melenggang sebagai anggota DPR RI. Bahkan tiga tahun kemudian, beliau terpilih menjadi wakil gubernur mendampingi calon incumben.
Selanjutnya di tahun 2013, Partai Keadilan Sejahtera mengusung dirinya menjadi calon gubernur. Tidak seperti kelima kandidat yang lain, beliau terhitung tidak memiliki modal untuk bertarung. Olehnya, sejak awal beliau sudah mempersiapkan diri. Meskipun beliau juga tidak pesimis.
“Jadi selalu saya punya patokan yaitu kerja. Jangan tanya uang dulu. Bekerja dulu. Uang pasti kejar dari belakang. Itu tekad saya sampai berani mencalonkan diri menjadi wakil DPR, wakil gubernur sampai berani mencalonkan diri menjadi gubernur,” katanya lantang.
Jalannya memang bukan tanpa hambatan. Dua kali ia melayangkan gugatan ke MK karena dicurangi. Ia merasa masyarakat dibodohi karena ulah kandidat lawan yang membagi-bagikan uang. Bahkan belakangan kegiatan bagi-bagi uang ini tidak lagi dilakukan secara sembunyi-sembunyi tapi secara terang-terangan dengan menggunakan helikopter.
“Bahkan dari helikopter mereka hambur uang. Itulah keadaan Malut. Sehingga orang-orang katakan, ini pertarungan antara katinting (perahu motor-pen) dan helikopter. Awalnya itu. Pertarungan kedua berubah lagi istilah, antara pertarungan doa dan doi (uang-pen). Pertarungan pertama itu saya menang di MK. Putaran kedua juga begitu,” katanya diikuti gemuruh takbir.
Selain menghamburkan uang, kecurangan juga dilakukan di TPS-TPS dengan menghapus hasil suara. Sehingga hasil suara menjadi jauh lebih sedikit dari yang seharusnya.
“Itu hasil suara saya di tipe-x (hapus-pen). Jadi kalau saya punya suara itu 930, di tipe-x 9-nya tinggal 30. Kalau 811, itu di tipe-x 8 tinggal 11 suara. Kalau 328, di tipe-x 28 tinggal 3 suara,” ujar Ust. Gani yang malam itu datang bersama istrinya.
Perjuangan beliau menjadi jauh lebih berat di putaran ketiga (Pemungutan Suara Ulang/PSU). Pada putaran ketiga, lokasi pemilihan hanya dilakukan di salah satu kabupaten pemekaran yaitu Taliabu. Daerah ini merupakan daerah yang melakukan kecurangan paling banyak dan merupakan daerah 'kekuasaan' dari lawan politiknya.
Namun, beliau tidak gentar meski ancaman, terror bahkan intimidasi menyertai perjuangannya. Selama 20 hari beliau tinggal pada sebuah rumah yang bersedia menampung ia dan istrinya. Sebab, rumah bahkan toko terprovokasi untuk melakukan boikot terhadap beliau.
Bahkan hampir tiap malam beberapa orang suruhan lawannya melempari rumah yang ditinggalinya. Hingga sempat membuat istri beliau yang tengah berada dalam posisi tiarap panik dan mengadu kepada suaminya.
“Saya bilang, Eh kamu jadi ibu gubernur itu jangan panako (penakut-pen). Kalau mau jadi calon ibu gubernur itu harus berani. Kalau tidak berani, kitorang (kita-pen) pulang saja. tidak usah berhadapan (ikut pemilu-pen).” Kenang beliau.
Intimidasi bukan hanya ditimpa oleh Ust. Gani. Bahkan relawan pendukung Ust. Gani sempat diusir, dipukul bahkan diancam akan dibunuh ketika memasuki desa-desa di kebupaten tersebut. Beruntung mendekati hari-H, polisi dan TNI mengerahkan ratusan anggotanya untuk mengamankan pemilukada putaran ketiga di Kabupaten Pemekaran, Taliabu. Bahkan, TNI-AL menempatkan kapal perangnya di pelabuhan.
Kekhawatiran aparat keamanan atas keselamatan Ust. Gani, membuat mereka mengusulkan agar beliau dan keluarga untuk mengungsi sementara ke Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Sebab, jarak kedua pulau itu cukup dekat sehingga hanya menempuh waktu dua jam menggunakan speedboat.
Bahkan membujuk beliau dengan mengatakan bahwa ketika perang, jenderal harus berada di belakang pasukan. Sebab, jenderal menjadi otak atas keberhasilan perang pasukan tempurnya. Namun, beliau tetap bergeming untuk bermukim di Taliabu.
“Saya bilang, ini kita pakai sistem dulu-dulu. Jenderal harus di depan, saya punya anak buah harus di belakang. Ya terpaksa kapolda minta brimob yang kawal saya sampai hari Senin, Selasa, Rabu. Rabu sudah terkumpul semua form C1 itu baru (kemudian-pen) saya sore itu meluncur ke Luwuk (Kab. Banggai, SULTENG-pen).” Ungkap Ust Gani yang juga baru selesai mengikuti mukernas Alkhairaat di Palu, Sulawesi Tengah.
Akhirnya perjuangan Ust. Gani berakhir manis. Meski hanya menang 30% di kabupaten pemekaran. Namun secara keseluruhan total suara, beliau terpilih menjadi Gubernur Maluku Utara. Menurutnya, ini semua berkat doa dari seluruh kader. Bahkan ia menceritakan ada seorang ustad yang khusus berangkat umrah untuk mendoakan kemenangan beliau.
Ustadz Abdul Gani Kasuba ditengah masyarakat |
Selain itu, menurutnya kemenangan tersebut juga tidak terlepas dari usaha untuk berada di tengah-tengah masyarakat. Sehingga meskipun ada kecurangan yang sangat jelas dan dahsyat, kita tetap dapat memenangkan pemilihan legislatif dan eksekutif. Sebab, menurutnya lagi, jabatan itu merupakan beban berat yang diserahkan oleh masyarakat agar kemudian dapat mengurus dan melayani masyarakat dengan baik.
Sehingga dalam penyampaiannya semalam di hadapan kader PKS Sulawesi Tengah, ia menegaskan bahwa selain doa, kerja kader juga harus terjun malayani langsung masyarakat. Meskipun saat ini badai fitnah masih senantiasa membayangi.
Menurutnya, fitnah merupakan partner dari perjuangan dakwah. Fitnah bahkan sudah menemani perjalanan dakwah di masa para Nabi dan Rasul. Sehingga menurutnya, kader PKS tidak perlu berkecil hati. Namun, juga jangan merasa terlalu bersih.
“Kalau kita menjalankan misi dakwah tidak difitnah, kita kembali ke belakang. Kau periksa dulu kau punya niat. Mungkin niat kau sudah terlalu sempit sehingga bajalan (berjalan-pen) seakan-akan tidak ada halangan. Tapi ketika kau dapatkan tantangan, dapatkan cobaan yang berat kau harus yakin bahwa jalanmu sudah benar. Sepeti ketika saya diusir, dilempar ketika masuk ke sebuah desa. Pokoknya intimidasi yang dahsyat. Tapi ketika saya diperlakukan seperti itu, saya yakin saya akan mendapat jalan dan pertolongan untuk jadi gubernur.” Tutupnya diikuti riuh takbir.
*by Lilasari M
0 komentar: