Motivasi

Kisah Dua Inspirator Dan Motivator Pendidikan Dana Mbojo, Dalam Satu Kesempatan.

07.09.00 Iwan Wahyudi 0 Comments


Ibu Metri, Bang Alan dan Risky dalam penyebrangan Mataram - Bima, saat pulang dari RSUP Sanglah kemarin
Ibu Metri, Bang Alan dan Risky dalam penyebrangan Mataram - Bima, saat pulang dari RSUP Sanglah kemarin

-----------------------
Bertemu dengan dua orang Inspirator bidang pendidikan Dana Mbojo sekaligus dalam satu kesempatan yang tak diduga adalah suatu hal yang istimewa dan ‘sesuatu banget’. Dua orang ini saya anggap sebagai Inspirator Pendidikan di Dana Mbojo (sementara ini), karena dua orang ini memiliki perjuangan yang tidak mudah bagi orang biasa untuk membangun jiwa dalam dirinya guna mendorong pendidikan yang layak dan lebih baik untuk generasi dan masyarakat sekitar.

Ibu Metri (Ibu Kandung Risky) dan Pak M. Saleh atau lebih dikenal dengan Bang Alan (Sopir Bus PO Surya Kencana). Kedua orang ini biasa-biasa saja dan tidak nampak sebagai orang yang luar biasa. Namun tidak banyak yang tahu tentang perjuangan mereka dalam mendorong kehidupan sosial agar generasi bagi mereka kelak bisa mendapatkan pendidikan yang layak dan bermutu. Seandainya mereka berdua adalah orang-orang yang memiliki harta benda yang lebih dan dasar pendidikan yang mumpuni, mungkin ini adalah wajar-wajar saja.

Siti Metri, seorang Wanita (49thn), Ibu dari 4 orang anak. Tinggal di Kelurahan Kendo -  Kota Bima digubuk yang sudah sangat tidak layak huni, dilereng bukit Kendo. Belum lama ini, salah seorang anaknya, Risky, harus dirawat di RSUP Sanglah Bali karena dipatok ular, akibatnya, tangan tangan Risky membusuk dan dagingnya mengelupas cair dengan sendirinya. Masrin, suami dari Siti Metri memiliki istri muda dan hari-harinya lebih banyak dengan istri muda nya ketimbang Istri tua dan keempat anaknya, Nafisah (21 thn), Nuriansyah (18 thn), M. Afgan (13 thn) dan Kamaruddin alias Rsiky (9 thn).
Tidak ada yang tahu bila Ibu Metri membesarkan anak-anaknya dan sekaligus menyekolahkan anaknya dari hasil upah Jasa Mencuci pakaian dari rumah ke rumah. 9 tahun sudah, Ibu Metri mengelilingi Kota Bima untuk menawarkan jasa mencuci pakaian, mendatangi beberapa rumah langganan untuk mencuci dengan waktu yang sudah disepakati. Dalam sehari ia bisa mendapatkan upah antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000. Namun , bila musim hujan, terkadang seminggu sekali baru dipanggil dan rejeki pun berkurang. Tak jarang, ia harus jalan kaki dari kelurahan Rabangodu ke kelurahan Kendo (sekitar 7-9 kilometer) hanya karena rejeki yang didapat tidak cukup untuk keperluan makan minum mereka.

Guna memenuhi biaya hidup dan sekolah anak-anaknya, disela panggilan jasa cuci pakaian manual, ia kerap ke bukit yang rimbun dibelakang rumahnya untuk mengumpulkan kayu bakar guna dijual atau sekedar diganti dengan beras beberapa liter. Sesekali ia juga menjadi babby sister bagi langganan cucian yang membutuhkannya. Pekerjaan apa saja ia terima asal halal dan mampu ia lakukan.

Alhamdulillah, anak-anaknya mampu ia sekolahkan hingga lulus. Nafisah, anak pertama yang kini berumur 21 tahun lulus dengan nilai yang baik di SMAN 3 Kota Bima. Nuriansyah, anak kedua, kini berumur 18 tahun, baru lulus SMA tahun lalu (2013) sebagai Siswi SMA PGRI Kota Bima. Sedangkan M Afgan anak ketiga masih duduk dibangku kelas 1 SMPN 8 Kota Bima serta Kamaruddin (9 thn) masih duduk di bangku SD. Semuanya dibiayai dengan peluh keringat upah hasil jasa mencuci dan mencari kayu bakar di gunung.

Nafisah dan Nuriansyah merantau ke Jakarta untuk bekerja mengurangi beban Ibunya. Sedangkan M. Afgan, setiap hari sepulang sekolah harus bekerja disalah satu Kandang Sapi di Kendo. Tugasnya untuk member makan sapi, membersihkan kadang serta menjaga Sapi bila sesekali digembala diluar kandang. Dan kerap tidur dikandang. Upahnya sebulan antara Rp 250.000 hingga Rp 350.000. pekerjaannya sebagai penjaga kandang baru dilakoninya 7 bulan terakhir atau sejak ia duduk di bangku SMP.

Sang Suami, Pak Masrin (49 thn) dalam beberapa tahun terakhir tidak lagi bersama dengan Ibu Metri dan ke empat anaknya. Bukan karena cerai namun lebih betah dengan istri mudanya. Dan hampir semua warga Kendo mengatahui dan menyadarinya. Sesekali Masrin menyambangi Istri dan Anaknya di Kendo, itupun hanya beberapa kali dalam satu bulan malah tidak pernah sama sekali. Lebih-lebih terkait nafkah hidup, terkadang ada namun lebih banyak tak ada.

Ibu Metri menyadari bahwa begitu pentingnya pendidikan untuk anak-anaknya. Hal itu terdorong dari kesadaran dirinya yang sewaktu sekolah dua puluan tahun silam, tidak menyeriusi dan lebih banyak tidak focus karena harus membantu orang tua bercocok tanam digunung. Sehingga atas hal demikian, Ibu Metri tidak ingin hal tersebut dirasakan pula oleh ke 4 anaknya. Ia berjuang menyambangi rumah kerumah hanya untuk menawarkan jasa mencuci pakaian dan menerima upah berapa saja yang diberikan oleh pengguna jasanya. Meskipun ia kini sudah memiliki beberapa pelanggan tetap. Namun tidak setiap hari jasanya digunakan.

Kini, Peluh keringat, harapan dan doa yang ia panjatkan selama ini ter-Ijabah meski harus melalui jalan liku dan pengorbanan yang tak berkesudahan. Melalui Cobaan yang menimpa anaknya, Kamaruddin, Ibu Metri mulai dikenal dan diketahui rekam jejak hidupnya. Banyak orang yang mulai menunjukan rasa Simpati, Bangga dan menjadinya Inspirator Dana Mbojo, termasuk saya,’ angkat Topi’ untuk Ibu Metri dalam mendorong anak-anaknya agar bisa sekolah dan meraih cita-cita masa depan yang lebih baik, meski dirinya harus menjadi budak bagi orang lain.  

Beda Ibu Metri, beda pula kisah pak M. Saleh (46 thn) atau akrab disapa Bang Alan. Seorang supir Bus PO Surya Kencana dengan trayek Bima – Mataram. Dari tampang dan postur, bagi banyak orang ia mungkin ditakuti karena rambutnya yang gondrong sebahu, berkulit sawo matang dan tubuh besar. Kesannya, ia adalah seorang preman, residivis atau sejenisnya. Tetapi sesungguhnya sangat jauh dari yang nampak dihadapan mata.

Bang Alan bagi saya adalah salah seorang Inspirator, Motivator dan sekaligus sahabat yang sangat baik. Beberapa kali bertemu dalam satu perjalanan menuju atau dari Mataram ke Bima. Bang Alan pernah saya kisahkan dalam Catatan sebelumnya (BACA: https://www.facebook.com/notes/rangga-babuju/wajah-pendidikan-kita-pemerintah-cuek-karena-sekolah-di-bangun-oleh-seorang-supi/10152190542587950 ). Ia adalah pahlawan dunia Pendidikan di Dana Mbojo. Membangun sekolah Agama yang bernama MIS (Madrasaha Ibtidaiyah Swasta) Darul Ulum Tololai Ambalawi. MIS Darul Ulum tidak dibangun sepermanen seperti ketika pemerintah membangun sekolah baru dengan anggaran ratusan juta hingga miliaran rupiah. Alan membangun MIS diatas tanah Warisan dengan anggaran belasan juta hasil tabungannya sendiri selama 10 tahun menjadi Supir Fuso Trip Flores - Sumatera, berlantai tanah, berdinding bedek (Bahasa Bima: Jarimpi) dan beratap rumbia pada tahun 2009 yang lalu.

Tahun 2009 adalah tahun yang begitu sulit bagi Bang Alan untuk menemukan Guru Pengajar serta Siswa/i yang akan sekolah di MIS yang ia bangun. Hal ini karena Culture masyarakat pesisir yang lebih mengedepankan mencari uang sejak kecil dari pada menimba ilmu sejak dini. Tetapi berkat keuletannya, Keihlasannya serta Ketulusannya untuk mengubah mental generasi serta masyarakat Tololai. Akhirnya ia mendapatkan 2 orang Tenaga Pengajar yang mau Mengabdi disekolah tersebut dengan upah sealakadarnya dan Siswa/i tahun pertama berjumlah 15 orang.

Kini menjelang tahun ajaran baru 2014, siswi/i di MIS Darul Ulum Tololai sudah berjumlah 68 siswa yang diajar oleh 12 orang Guru pengajar. Meski tidak semua guru pengajar masuk setiap hari. Mulai dari mendaftar hingga kelulusan, MIS Darul Ulum tidak mengungut biaya sepeserpun, termasuk pengadaan Seragam sekolah sepenuhnya ditanggung oleh Yayasan MIS Darul Ulum. Honor Tenaga pengajar maupun operasional MIS serta seragam sekolah dibayar melalui Dana BOS yang cair sejak 2 tahun terakhir sebesar Rp 7.500.000 per tahun serta dana bang Alan pribadi yang dihajatkan setengah dari Gaji nya sebagai Seorang Supir Bus malam.

Alan mendirikan MIS Daru Ulum Tololai, karena menyadari sikap dan prilaku generasi 5 hingga 10 tahun kedepan. Dari berbagai pengalamannya yang sudah belasan tahun sebagai Supir Bus dari daerah yang satu kedaerah yang lain, dari Flores hingga Sumatra, ia menyadari betapa sesaknya hidup generasi Tololai dimasa yang akan datang bila tak diimbangi dengan ILMU dan AMAL. Baginya untuk membangun sesuatu yang baik bagi sosial masyarakat tidak harus menunggu dan menggantungkan harapan melalui pemerintah semata sebab, procedural birokrasi membuat banyak ide dan gagasan harus gugur ditengah jalan karena proses yang cukup lama dan cenderung tidak sesuai dengan harapan. Belum lagi ‘disunat’ untuk ini dan itu.

Alan pun membangun MIS dengan jerih payah sendiri, peluh keringat sendiri dan usaha sendiri. Persoalan apakah pemerintah mau memperhatikan atau tidak, itu urusan belakang. Jikalau menganggap MIS Darul Ulum baik bagi perkembangan daerah, dengan sendirinya akan menjadi perhatian, namun bila tidak, tidak menjadi masalah. Bagi Alan, generasi Tololai 10-20 tahun kedepan harus menjadi Generasi Unggul untuk tanahnya sendiri, masyarakatnya sendiri dan peradabannya sendiri. Itulah yang membuat lelaki yang sudah ‘berkepala empat’ ini melakukan hal yang tidak banyak orang melakukannya.

Kini, siswa/i MIS Darul Ulum hampir sebagian besarnya sudah bisa membaca IQRA dan mengaji Qur’an. Ini juga yang membuat para wali murid percayakan pendidikan dan pengalaman belajar kepada MIS Darul Ulum. Meski MIS ini masih jauh dari kelayakan sebuah sekolah, namun tidak menjadi soal bagi warga Tolalai. Mereka bangga anaknya bisa mengaji dan membaca serta berhitung lancar ketika bersekolah di MIS ini. Bagi Alan, disitulah kebanggaan dan kebahagiaan itu tidak akan pernah mampu dibayar dengan uang seberapapun besarnya.

Ibu Metri dan Bang Alan hanyalah segelintir manusia yang berbuat untuk Dana Mbojo. Masih banyak Ibu Metri dan Bang Alan lainnya dipojok-pojok Dana Mbari ini yang tidak diketahui oleh banyak orang tentang usaha dan upaya mereka sebagai Motivator sekaligus Inspirator Pembangunan Daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, lagi-lagi sangat sedikit sekali yang diketahui dan diapresiasi oleh Pemerintah Daerah sebagai Stakeholder pembangunan Daerah ini.

Sudah berapa hal yang anda perbuat untuk orang banyak seperti mereka?. Sudah berapa kali anda mengintropeksi diri dengan bekal potensi dan materi yang miliki untuk orang banyak?. Sudah berapa kali anda berbuat mendorong serta mengapresiasi hal-hal positif seperti yang dilakukan oleh Ibu Metri dan Bang Alan? Bukankah salah satu amalan yang dihisab suatu masa kelak adalah ILMU, AMAL dan DOA ANAK YANG SALEH? Lalu kenapa kita mesti menunggu memiliki segala hal baru berbuat? Menunggu segala sesuatunya lengkap sempurnah baru berbagi? Kenapa tidak berbuat dulu untuk menggapai segala hal? Kenapa tidak berbagi terlebih dahulu untuk meraih kesempurnaan atas manfaat hidup?

Ibu Metri dan Bang Alan adalah Inspirator dan Motivator Dana Mbojo untuk saat ini. Mungkin kita tidak bisa menjadi sama seperti mereka, tetapi kita bisa mendorong dan membantu mereka untuk meringankan beban perjuangan mereka sesuai dengan kemampuan dan potensi masing-masing dari kita sebagai bentuk apresiasi atas apa yang telah mereka lakukan. “Bukankah masa depan adalah buah dari masa lalu..?”. IQRA….!!!

------------------------------------------
Kota Bima, 25 Mei 2014 di Subuh Hari.


"Kisah Inspirasi"


Ibu Metri bersama 4 orang anaknya tinggal, besar dan hidup dirumah reok ini
Ibu Metri bersama 4 orang anaknya tinggal, besar dan hidup dirumah reok ini
Ibu Metri saat menemani Anaknya, Risky, di ruang Isolasi RSUP Sanglah Bali
Ibu Metri saat menemani Anaknya, Risky, di ruang Isolasi RSUP Sanglah Bali
Ibu Metri, Bang Alan dan Risky dalam penyebrangan Mataram - Bima, saat pulang dari RSUP Sanglah kemarin
Ibu Metri, Bang Alan dan Risky dalam penyebrangan Mataram - Bima, saat pulang dari RSUP Sanglah kemarin
MIS Darul Ulum yang dibangun oleh Bang Alan
MIS Darul Ulum yang dibangun oleh Bang Alan
Salah satu ruang belajar (ruang Kelas 1) di MIS Darul Ulum Tololai
Salah satu ruang belajar (ruang Kelas 1) di MIS Darul Ulum Tololai
Hampir semua Ruang kelas MIS Darul Ulum Tololai berubin tanah
Hampir semua Ruang kelas MIS Darul Ulum Tololai berubin tanah
Foto bersama Tenaga Pengajar MIS Darul Ulum Tololai - Ambalawi Kab Bima
Foto bersama Tenaga Pengajar MIS Darul Ulum Tololai - Ambalawi Kab Bima
 
Sumber : https://www.facebook.com/notes/rangga-babuju/kisah-dua-inspirator-dan-motivator-pendidikan-dana-mbojo-dalam-satu-kesempatan/10152214628482950

You Might Also Like

0 komentar: