Berita
SURABAYA - Penutupan lokalisasi Dolly harus tetap dilakukan sesuai dengan tahapan rencana yang telah ditetapkan pada 19 Juni 2014. Apalagi jika kesiapan, sosialisasi, program pascapenutupan dirasa telah lengkap sehingga Pemkot Surabaya tidak perlu ragu untuk menutup resmi lokalisasi terbesar di Asia Tenggara dengan ribuan PSK tersebut.
Anggota DPRD Surabaya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Reni Astuti mengatakan, semuanya harus ingat tujuan penutupan lokalisasi untuk penyelamatan generasi muda. Tentunya jika moral buruk yang bersumber dari lokalisasi Dolly terus ada dikhawatirkan akan banyak generasi muda yang rusak moralnya akibat pemahaman yang keliru soal pekerjaan di lokalisasi Dolly.
"Itu yang harus diperhatikan, makanya kita sangat mendukung penutupan lokalisasi Dolly terlepas dari alasan kepentingan ekonomi warga dan lainya. Karena penutupan itu murni untuk menyelamatkan anak bangsa," kata Reni Astuti, Kamis (1/5/2014).
Dijelaskan Reni, jika sekarang ini dari rencana penutupan lokalisasi Dolly banyak bermunculan penentangan dengan alasan ekonomi sebetulnya itu hanyalah kedok belaka dan itu tidak bisa diterima. Karena ekonomi jika bersumber dari kegiatan yang melanggar norma kebenaran agama jelas tidak boleh dibiarkan berlangsung hingga kapanpun. Justru siapapun bisa ikut salah apabila terus-terusan membiarkan terjadinya perputaran ekonomi dari lokalisasi Dolly yang memang dilarang agama.
Demikian juga dengan anak-anak yang mungkin orang tuanya menggantungkan ekonomi dari lokalisasi Dolly, menurut Reni, pastilah dalam hatinya selalu menjerit akan nasibnya. Ini dikarenakan ekonomi yang berasal dari sumber yang seharusnya tidak boleh terjadi dikemudian hari pasti akan berdampak buruk pada moral generasi penerus.
"Untuk itulah, jangan sampai alasan ekonomi warga yang terlanjur tergantung dari keberadaan lokalisasi Dolly menjadi rencana penutupan tertunda. Kita tidak ingin penutupan Dolly tertunda, Pemkot harus tetap pada rencananya," tandas Reny.
Memang, diakui Reny, timbulnya problem ekonomi dari warga jika lokalisasi Dolly yang menjadi mata pencaharian itu ditutup merupakan hal biasa. Karena hal itu sebagai bentuk rasa kekhawatiran dengan pekerjaan lain yang akan digelutinya itu apakah dapat dilakukan seperti bekerja di lokalisasi Dolly. Dan Pemkot Surabaya diyakini pasti sudah memikirkan itu semuanya dalam rangka penutupan lokalisasi Dolly.
"Kami percaya Pemkot Surabaya tidak akan tega menyengsarakan warganya di lokalisasi Dolly. Makanya berbagai program telah dijalankan meskipun ada sebagian warga yang bersikeras menolak program itu karena sudah merasa keenakan mendapatkan penghasilan di Lokalisasi Dolly," ucap Reny.
Jika nantinya lokalisasi Dolly telah resmi ditutup, papar Reny, Pemkot Surabaya harus tetap mewaspadai kegiatan terselubung di bekas lokalisasi Dolly. Karena jangan sampai penutupan resmi lokalisasi Dolly hanyalah di kulit saja, tetapi didalamnya praktek prostitusi terus terjadi seperti biasa.
Oleh karena itu, tambah Reny, Pemkot Surabaya harus bisa memilah aktifitas warga yang menjurus ke praktek prostitusi pasca penutupan lokalisasi Dolly. Jika ada aktifitas yang menjurus ke praktek prostitusi bisa langsung ditertibkan.
"Untuk itu, yang pasti kita dukung penutupan Lokalisasi Dolly. Sekali lagi Pemkot tidak perlu ragu, apalagi sebenarnya Kota Surabaya memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang melarang bangunan rumah dimanfaatkan untuk kegiatan prostitusi. Mungkin semuanya lupa atau memang dilupakan keberadaan Perda tersebut, dan Perda itu belum pernah dicabut atau diamandemen," tutur Reny Astuti.
*sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2014/05/01/pemkot-surabaya-diminta-tak-ragu-tutup-dolly
PKS Dukung Risma Tutup Dolly
SURABAYA - Penutupan lokalisasi Dolly harus tetap dilakukan sesuai dengan tahapan rencana yang telah ditetapkan pada 19 Juni 2014. Apalagi jika kesiapan, sosialisasi, program pascapenutupan dirasa telah lengkap sehingga Pemkot Surabaya tidak perlu ragu untuk menutup resmi lokalisasi terbesar di Asia Tenggara dengan ribuan PSK tersebut.
Anggota DPRD Surabaya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Reni Astuti mengatakan, semuanya harus ingat tujuan penutupan lokalisasi untuk penyelamatan generasi muda. Tentunya jika moral buruk yang bersumber dari lokalisasi Dolly terus ada dikhawatirkan akan banyak generasi muda yang rusak moralnya akibat pemahaman yang keliru soal pekerjaan di lokalisasi Dolly.
"Itu yang harus diperhatikan, makanya kita sangat mendukung penutupan lokalisasi Dolly terlepas dari alasan kepentingan ekonomi warga dan lainya. Karena penutupan itu murni untuk menyelamatkan anak bangsa," kata Reni Astuti, Kamis (1/5/2014).
Dijelaskan Reni, jika sekarang ini dari rencana penutupan lokalisasi Dolly banyak bermunculan penentangan dengan alasan ekonomi sebetulnya itu hanyalah kedok belaka dan itu tidak bisa diterima. Karena ekonomi jika bersumber dari kegiatan yang melanggar norma kebenaran agama jelas tidak boleh dibiarkan berlangsung hingga kapanpun. Justru siapapun bisa ikut salah apabila terus-terusan membiarkan terjadinya perputaran ekonomi dari lokalisasi Dolly yang memang dilarang agama.
Demikian juga dengan anak-anak yang mungkin orang tuanya menggantungkan ekonomi dari lokalisasi Dolly, menurut Reni, pastilah dalam hatinya selalu menjerit akan nasibnya. Ini dikarenakan ekonomi yang berasal dari sumber yang seharusnya tidak boleh terjadi dikemudian hari pasti akan berdampak buruk pada moral generasi penerus.
"Untuk itulah, jangan sampai alasan ekonomi warga yang terlanjur tergantung dari keberadaan lokalisasi Dolly menjadi rencana penutupan tertunda. Kita tidak ingin penutupan Dolly tertunda, Pemkot harus tetap pada rencananya," tandas Reny.
Memang, diakui Reny, timbulnya problem ekonomi dari warga jika lokalisasi Dolly yang menjadi mata pencaharian itu ditutup merupakan hal biasa. Karena hal itu sebagai bentuk rasa kekhawatiran dengan pekerjaan lain yang akan digelutinya itu apakah dapat dilakukan seperti bekerja di lokalisasi Dolly. Dan Pemkot Surabaya diyakini pasti sudah memikirkan itu semuanya dalam rangka penutupan lokalisasi Dolly.
"Kami percaya Pemkot Surabaya tidak akan tega menyengsarakan warganya di lokalisasi Dolly. Makanya berbagai program telah dijalankan meskipun ada sebagian warga yang bersikeras menolak program itu karena sudah merasa keenakan mendapatkan penghasilan di Lokalisasi Dolly," ucap Reny.
Jika nantinya lokalisasi Dolly telah resmi ditutup, papar Reny, Pemkot Surabaya harus tetap mewaspadai kegiatan terselubung di bekas lokalisasi Dolly. Karena jangan sampai penutupan resmi lokalisasi Dolly hanyalah di kulit saja, tetapi didalamnya praktek prostitusi terus terjadi seperti biasa.
Oleh karena itu, tambah Reny, Pemkot Surabaya harus bisa memilah aktifitas warga yang menjurus ke praktek prostitusi pasca penutupan lokalisasi Dolly. Jika ada aktifitas yang menjurus ke praktek prostitusi bisa langsung ditertibkan.
"Untuk itu, yang pasti kita dukung penutupan Lokalisasi Dolly. Sekali lagi Pemkot tidak perlu ragu, apalagi sebenarnya Kota Surabaya memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang melarang bangunan rumah dimanfaatkan untuk kegiatan prostitusi. Mungkin semuanya lupa atau memang dilupakan keberadaan Perda tersebut, dan Perda itu belum pernah dicabut atau diamandemen," tutur Reny Astuti.
*sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2014/05/01/pemkot-surabaya-diminta-tak-ragu-tutup-dolly
0 komentar: