Dunia Islam
Milan - Perang antara tentara Israel dengan pasukan Hamas Palestina di kawasan Gaza semakin mencekam. Baru-baru ini, perang tersebut memakan korban jiwa empat anak-anak yang sedang bermain sepakbola di kawasan pantai. Keempat anak itu tewas akibat terkena serangan dari kapal laut Israel.
Aksi tersebut tentunya menyita perhatian banyak orang termasuk Mario Balotelli. Striker AC Milan itu sedih mendengar berita soal tewasnya empat anak yang sedang bermain bola.
"Children playing at the beach should never be a negative thing. #stopwar #gaza (Anak-anak yang bermain di pantai jangan pernah dijadikan hal yang negatif #stopwar #gaza)," kicau Balotelli di akun twitter miliknya.
Peristiwa kelam itu terjadi pada Rabu (16/7/2014) waktu setempat. Saat sedang menendang bola di pantai, sebuah kapal perang milik Israel melancarkan serangan dari laut. Ratusan tembakan mengarah ke sekumpulan anak yang bermain di sekitar kawasan tersebut.
Hasilnya, satu anak langsung tewas di tempat kejadian. Tiga lainnya mengalami luka parah dan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit. "Anak-anak sedang bermain sepakbola di pantai. Mereka semua usianya di bawah 15 tahun," kata seorang saksi mata, Ahmed Abu Hassera kepada Independent.
Diketahui empat korban tewas tersebut merupakan anak dari nelayan setempat. Nama anak-anak yang menjadi korban adalah Mohammed Bakr (9 tahun), Zakaria Ahed Bakr (10 tahun), Ahed Atif Bakr (10 tahun) dam Mohammed Ramiz Bakr (10 tahun). (liputan6)
***
Kepala Biro The Jerusalem Post, William Booth, juga menceritakan tentang kronologis kebiadaban Israel yang membantai anak-anak Palestina yang sedang bermain bola.
Rabu (17/07/2014) sore, William Booth, Kepala Biro The Jerusalem Post sedang kembali hotel untuk melanjutkan menulis berita, sebuah penginapan al-Daira, yang menghadap ke Laut Mediterania, tempat para jurnalis berada. Tiba-tiba ia mencium asap dan aroma menyengat.
“Saya baru saja kembali ke hotel untuk mengetik beberapa catatan dan menyisipkan file berita hari itu ketika ada ledakan besar di dermaga di pelabuhan, setelah jam 4 sore,” William Booth dikutip washingtonpost.com, Rabu (16/07/2014).
Tak beberapa lama, sekelompok anak berlari ke bawah menuju breakwater, bangunan pemecah gelombang dan ke pasir. Beberapa pelayan, juru masak dan awak wartawan mulai melambaikan tangan pada mereka. Tiba-tiba, sebuah serangan kedua mendarat tepat di belakang mereka.
“Mereka teluka!” ujar seorang staf hotel.
Beberapa anak-anak berlari masuk hotel tempat wartawan melihat setidak-tidaknya tiga orang dengan luka akibat pecahan peluru. Anak-anak itu menderita luka karena pecahan peluru, satu di kepala, satu di dada.
Mereka diangkut ambulans, yang juga membawa sejumlah orang terluka dari pantai, termasuk seorang pria, yang kehilangan sebagian kakinya.
Serangan pertama terjadi pada sekitar pukul 13.00 GMT (lebih-kurang 20.00 WIB), membuat anak-anak dan orang dewasa di pantai berhamburan, sementara yang lain bergegas keluar untuk melihat yang terjadi.
Serangan ini diduga hasil dari penembakan angkatan laut Israel terhadap daerah dengan gubuk kecil, yang digunakan nelayan.
Keempat dari mereka dikabarkan tewas akibat serangan brutal Israel, kata petugas kesehatan dan saksi.
Ashraf Qodra memastikan empat anak-anak tewas dan sedikit-dikitnya lima lagi cedera, beberapa di antaranya mengungsi di hotel, yang digunakan wartawan.
Twitter Dr. Ashraf Al-Qodra, jurubicara Kementerian Kesehatan Gaza, melaporkan nama-nama mereka: Mohammad Bakir (9); Ahad Bakir (10); Zakaria Bakir (10); dan Mohammad Bakir (11).
Beberapa saksi mata menyebutkan, anak-anak itu terbiasa bermain di tempat itu, bermain bola dan berlairan di pinggir pantai.
Lucunya, tak lama foto kekejaman tentara Israel ini ramai muncul di media sosial, Angkatan Pertahanan Israel mengeluarkan pernyataan resmi dengan mengatakan tarjet mereka adalah pejuang Hamas sambil mengatakan akan menyelidiki kasus ini.
Kematian tragis keempat anak ini semakin menambah jumlah korban serangan penjajah Zionis-Israel di Gaza. Selama sembilan hari penyerangan bersandi “Operation Protective Edge” ke Gaza ini setidaknya telah menambah korban menjadi 223 orang (Syahid), 1670 orang mengalami luka-luka serius dan sekitar 627 gedung hancur.
Beberapa serangan pertama pada Rabu pagi menyasar rumah pejabat tinggi Hamas, termasuk Mahmud Zahar, namun tidak ada laporan tentang korban dalam serangan tersebut.
Sejak 8 Juli, pejuang menembakkan hampir 1.000 roket balasan akibat serangan Zionis Israel yang telah menjatuhkan sekitar 2346 bom buatan Amerika (berbobot 0,5 sampai satu ton untuk setiap misil) terhadap sasaran di Jalur Gaza.
Upaya dunia bagi gencatan senjata runtuh pada Selasa, karena Hamas dan berbagai faksi perjuangan menolak mentah-mentah gencatan senjata usulan Mesir dan Israel yang isinya hanya akal-akalan agar Hamas dan semua faksi pejuang meletakkan senjatanya.
Tak urung, serangan membabi buta Israel ini mengundang banyak kecaman dunia dan dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran atas hukum antarbangsa, demikian kutip AFP. Masalahnya, apakah AS dan PBB bisa menyeret Israel? (hidayatullah)
Balotelli Kecam Kebiadaban Israel yang Membunuh Anak-anak Gaza
Milan - Perang antara tentara Israel dengan pasukan Hamas Palestina di kawasan Gaza semakin mencekam. Baru-baru ini, perang tersebut memakan korban jiwa empat anak-anak yang sedang bermain sepakbola di kawasan pantai. Keempat anak itu tewas akibat terkena serangan dari kapal laut Israel.
Aksi tersebut tentunya menyita perhatian banyak orang termasuk Mario Balotelli. Striker AC Milan itu sedih mendengar berita soal tewasnya empat anak yang sedang bermain bola.
"Children playing at the beach should never be a negative thing. #stopwar #gaza (Anak-anak yang bermain di pantai jangan pernah dijadikan hal yang negatif #stopwar #gaza)," kicau Balotelli di akun twitter miliknya.
Peristiwa kelam itu terjadi pada Rabu (16/7/2014) waktu setempat. Saat sedang menendang bola di pantai, sebuah kapal perang milik Israel melancarkan serangan dari laut. Ratusan tembakan mengarah ke sekumpulan anak yang bermain di sekitar kawasan tersebut.
Hasilnya, satu anak langsung tewas di tempat kejadian. Tiga lainnya mengalami luka parah dan meninggal saat dilarikan ke rumah sakit. "Anak-anak sedang bermain sepakbola di pantai. Mereka semua usianya di bawah 15 tahun," kata seorang saksi mata, Ahmed Abu Hassera kepada Independent.
Diketahui empat korban tewas tersebut merupakan anak dari nelayan setempat. Nama anak-anak yang menjadi korban adalah Mohammed Bakr (9 tahun), Zakaria Ahed Bakr (10 tahun), Ahed Atif Bakr (10 tahun) dam Mohammed Ramiz Bakr (10 tahun). (liputan6)
***
Kepala Biro The Jerusalem Post, William Booth, juga menceritakan tentang kronologis kebiadaban Israel yang membantai anak-anak Palestina yang sedang bermain bola.
Rabu (17/07/2014) sore, William Booth, Kepala Biro The Jerusalem Post sedang kembali hotel untuk melanjutkan menulis berita, sebuah penginapan al-Daira, yang menghadap ke Laut Mediterania, tempat para jurnalis berada. Tiba-tiba ia mencium asap dan aroma menyengat.
“Saya baru saja kembali ke hotel untuk mengetik beberapa catatan dan menyisipkan file berita hari itu ketika ada ledakan besar di dermaga di pelabuhan, setelah jam 4 sore,” William Booth dikutip washingtonpost.com, Rabu (16/07/2014).
Tak beberapa lama, sekelompok anak berlari ke bawah menuju breakwater, bangunan pemecah gelombang dan ke pasir. Beberapa pelayan, juru masak dan awak wartawan mulai melambaikan tangan pada mereka. Tiba-tiba, sebuah serangan kedua mendarat tepat di belakang mereka.
“Mereka teluka!” ujar seorang staf hotel.
Beberapa anak-anak berlari masuk hotel tempat wartawan melihat setidak-tidaknya tiga orang dengan luka akibat pecahan peluru. Anak-anak itu menderita luka karena pecahan peluru, satu di kepala, satu di dada.
Mereka diangkut ambulans, yang juga membawa sejumlah orang terluka dari pantai, termasuk seorang pria, yang kehilangan sebagian kakinya.
Serangan pertama terjadi pada sekitar pukul 13.00 GMT (lebih-kurang 20.00 WIB), membuat anak-anak dan orang dewasa di pantai berhamburan, sementara yang lain bergegas keluar untuk melihat yang terjadi.
Serangan ini diduga hasil dari penembakan angkatan laut Israel terhadap daerah dengan gubuk kecil, yang digunakan nelayan.
Keempat dari mereka dikabarkan tewas akibat serangan brutal Israel, kata petugas kesehatan dan saksi.
Ashraf Qodra memastikan empat anak-anak tewas dan sedikit-dikitnya lima lagi cedera, beberapa di antaranya mengungsi di hotel, yang digunakan wartawan.
Twitter Dr. Ashraf Al-Qodra, jurubicara Kementerian Kesehatan Gaza, melaporkan nama-nama mereka: Mohammad Bakir (9); Ahad Bakir (10); Zakaria Bakir (10); dan Mohammad Bakir (11).
Beberapa saksi mata menyebutkan, anak-anak itu terbiasa bermain di tempat itu, bermain bola dan berlairan di pinggir pantai.
Seperti inilah korban kejahatan Israel |
Lucunya, tak lama foto kekejaman tentara Israel ini ramai muncul di media sosial, Angkatan Pertahanan Israel mengeluarkan pernyataan resmi dengan mengatakan tarjet mereka adalah pejuang Hamas sambil mengatakan akan menyelidiki kasus ini.
Kematian tragis keempat anak ini semakin menambah jumlah korban serangan penjajah Zionis-Israel di Gaza. Selama sembilan hari penyerangan bersandi “Operation Protective Edge” ke Gaza ini setidaknya telah menambah korban menjadi 223 orang (Syahid), 1670 orang mengalami luka-luka serius dan sekitar 627 gedung hancur.
Beberapa serangan pertama pada Rabu pagi menyasar rumah pejabat tinggi Hamas, termasuk Mahmud Zahar, namun tidak ada laporan tentang korban dalam serangan tersebut.
Sejak 8 Juli, pejuang menembakkan hampir 1.000 roket balasan akibat serangan Zionis Israel yang telah menjatuhkan sekitar 2346 bom buatan Amerika (berbobot 0,5 sampai satu ton untuk setiap misil) terhadap sasaran di Jalur Gaza.
Upaya dunia bagi gencatan senjata runtuh pada Selasa, karena Hamas dan berbagai faksi perjuangan menolak mentah-mentah gencatan senjata usulan Mesir dan Israel yang isinya hanya akal-akalan agar Hamas dan semua faksi pejuang meletakkan senjatanya.
Tak urung, serangan membabi buta Israel ini mengundang banyak kecaman dunia dan dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran atas hukum antarbangsa, demikian kutip AFP. Masalahnya, apakah AS dan PBB bisa menyeret Israel? (hidayatullah)
0 komentar: