Sejarah Bima

7 Daya Tarik Tambora

17.38.00 Iwan Wahyudi 0 Comments


Bersama Tim Natgeo Indonesia Di Savana Tambora.

 Tambora di pulau Sumbawa menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini. Gunung api yang meletus pada tahun 1815 itu mempengaruhi kehidupan dunia. Abunya sampai di negeri Amerika dan Eropa. Musim dingin berkempanjangan selama satu tahun pasca letusan menyebabkan kematian dan  kegagalan panen. Manusia banyak yang kelaparan dan meninggal dunia. Itulah masa yang paling sulit bagi dunia. Setelah semuanya diteliti, ternyata efek dari semua itu adalah meletusnya Gunung Tambora. Menurut para ahli, ketinggian gunung Tambora sebelum meletus adalah 4300 di atas permukaan laut. Namun setelah meletus menjadi 2885 meter di atas permukaan laut. 

Ada dua kerajaan yang tertimbun letusan Tambora kala itu. Kerajaan Tambora di sebelah barat dan kerajaan Pekat di sebelah selatan. Kerajaan Sanggar, Dompu dan Bima tidak tertimbun. Tapi mengalami kesulitan hidup akibat muntahan batu, pasir dan debu gunung Tambora. Banyak manusia yang mati kala itu, baik yang tertimbun abu gunung Tambora maupun mati karena sakit dan kelaparan. Tidak ada matahari, tidak ada bahan makanan. Itulah kesulitan hidup manusia kala itu. Puluhan tahun kehidupan itu baru bisa pulih.   
 
Mengunjungi Bekas Kompleks Kerajaan Sanggar Di Boro
Banyak cerita orang tentang letusan gunung Tambora. Kata Tambora terdiri dari dua huruf yaitu Ta dan Mbora. Ta berarti mari. Mbora berarti menghilang. Jadi Tambora berarti mari kita menghilang. Dalam satu cerita dari seorang yang bernama Khatib Lukman, ada seorang ulama yang datang dari Bengkulu. Dilihatnya anjing yang ada di dalam masjid, lalu dia mengusir anjing itu. Anjing itu rupanya milik Raja Tambora yang bernama Raja Gafur. Marahlah Raja Gafur. Maka diundanglah ulama itu dalam sebuah kenduri. Disembelihlah anjing dan dimasak bercampur dengan daging kambing. Disantaplah oleh ulama itu. Setelah kenduri, diberitahulah oleh Raja Gafur bahwa yang dimakannya itu adalah daging anjing yang diusir dan diharamkannya itu. Tapi ulama itu tidak percaya. Lalu terdengarlah gonggongan anjing dari dalam perutnya. Marah dan malulah ulama itu. Kala subuh berdoalah ulama itu di tepi pantai di selatan gunung Tambora. Dia memohon kepada  tuhan azab untuk Raja Tambora dan seluruh rakyatnya. Setelah itu meletuslah Gunung Tambora. Tenggelamlah kerajaan Tambora dan Pekat tertimbun tanah dan batu gunung Tambora.
Semenanjung Sanggar.
Saat ini sudah dua ratus tahun letusan gunung Tambora berlalu. Tanah Tambora, Pekat dan Sanggar sudah kembali ramai. Sudah banyak orang yang mendiami. Sudah banyak tanaman dan perkebunan yang dikerjakan. Banyak orang yang datang dari Bali, Lombok karena gagasan pemerintah untuk pembangunan program Transmigrasi. Orang Bali, Lombok, Dompu dan Bima sudah berbaur. Mereka tinggal di sisi selatan,sisi barat dan sisi  utara lereng Tambora. Ada kampung yang bernama Doro Peti,Doro Ncanga, Pekat,Calabai,Karombo,Nanga Miro,Kadindi, sampai Pancasila yang masuk dalam wilayah kabupaten Dompu. Kampung yang masuk di wilayah Dompu itu adalah di sebelah selatan dan sebagian sebelah barat gunung Tambora. Kampung yang masuk di wilayah Kabupaten Bima yaitu di sebelah barat Labuan Kananga, Kawinda Na’e sampai di sebelah utara yaitu Kawinda To’i, Sori Panihi, Sori Katupa, sampai di timur Oi Saro kecamatan Sanggar. 
Tampak Pulau Moyo Dari Beranti.
Saat ini tanah Tambora semakin ramai dengan adanya peringatan dua ratus tahun meletusnya Gunung Tambora. Ada yang pergi jalan-jalan. Ada yang juga datang meneliti dan menulis apa saja yang terjadi dan yang ada di sekitar gunung Tambora. Apa saja sih yang dilihat dan dikunjungi di Tambora ?
            Jika star dari Kota Bima akan memakan waktu sekitar 6 jam menuju Tambora. Ada dua jalur ke Tambora yaitu melalu jalur selatan lewat Kempo Dompu dan di lingkar utara melalu Kore. Tetapi ruas jalan di lingkar utara banyak yang rusak butuh waktu delapan jam menuju Tambora lewat rute ini. Melewati lingkar selatan, jalannya cukup bagus dan mulus. Butuh waktu lima jam perjalanan menuju Tambora. Jalan di lingkar selatan maupun utara sama-sama indahnya. Ini  7 tempat menarik  untuk bertamasya ke Tambora atau ingin bebelanja di pasar Senin atau pasar Minggu atau mau mendaki gunung Tambora. 
Mata Air Hodo  dan Tampuro
            
Pantai Hodo Dompu.
 Jika melewati lingkar selatan, anda akan melihat Mata air Hodo. Tempat peristirahatan bagi orang-orang yang pulang dan pergi dari Tambora. Mata air ini keluar dan mengalir sepanjang tahun. Tapi sekarang debit airnya berkurang akibat penebangan pohon-pohon di sekitar hutan di kawasan ini. Disini tempat orang makan-makan. Di sini juga tempat orang shalat karena ada mushalla di pinggir laut ini. Semilir angin dengan mata air yang meletup keluar sungguh tempat yang indah untuk melepas penat. Begitu juga di lingkar utara, ada mata air Tampuro. Tampuro terletak di desa Oi Saro kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Kedua mata air ini  sama saja jernih dan bersih.
Padang Savana Tambora
   
Suasana Senja di Padang Savana Tambora
        
 Di sebelah barat mata air Hodo, terdapat padang savanna yang sangat luas. Sejauh mata memandang
di sebelah utara hamparan padang menghijau dengan sapi dan kuda yang merumput.Gunung Tambora perkasa sangat indah dipandang. Di sisi selatan mata terbuai birunya teluk Saleh. Padang savanna ini kita temui sepanjang perjalanan dari Doro Ncanga menuju Doro Peti. Tempat ini sangat cocok untuk foto-foto bersama teman dan keluarga. Di senja hari ribuan sapi dan kuda merumput.Bunyi lonceng di lehernya seperti sebuah simponi music padang ilalang. Bunyinya nyaring dan berirama. Menjelang magrib para gembala menuju savanna menggiring gembalaannya untuk istirahat. Ada yang digiring ke kandang, ada juga yang diarahkan ke pinggir savanna dan dilepas begitu saja. Tapi aman, karena tidak ada yang mencuri ternak di kawasan ini.
Sori Marai Dan Sori Panihi
 
Sungai Sori Marai Yang Mengalir Sepanjang Tahun
         
 Di sisi utara gunung Tambora ada sebuah sungai yang lebar dan sangat bagus untuk mandi. Namanya Sori Marai. Air sungai ini mengalir sepanjang tahun. Tidak pernah kering. Airnya yang bersih dan jernih menjadi tempat persinggahan bagi orang-orang yang ke Tambora. Di desa Sori Panihi, ada sebuah air terjun yaitu air terjun Sori Panihi. Tempatnya memang agak jauh dari jalur jalan utama yang ke Tambora. Ada sekitar 5 KM lagi masuk ke jalur khusus di sebelah timur. Banyak orang yang berkunjung ke Sori Panihi. Tetapi jalannya masih rusak. Air Terjun Sori Panihi berada di kaki utara gunung Tambora.
Sisa Kerajaan Tambora
Rumah Atas, tempat penyimpanan hasil temuan Situs Tambora.
Di desa Oi Bura. tepatnya di rumah atas di tengah kebun kopi Tambora, ada sisa peninggalan kerajaan Tambora. Di tempat ini ada temuan sisa peninggalan kerajaan Tambora yang digali oleh Tim Arkeologi Nasional dan Tim Arkeologi Denpasar. Ada lumpang yang terbakar, sisa padi, sisa bambu yang terbakar, mangkuk dan tempat meramu obat, bajak, sisa bedek yang terbakar, guci, tempat peludahan dan masih banyak lagi yang lainnya. Rumah atas di kompleks perkebunan kopi adalah peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1930. Kenun kopi tersebut sudah ada sejak zaman Belanda. Kemudian dilanjutkan oleh Sultan Bima membuka perkebunan kopi seluas 500 hektar yang tersebar di sisi barat dan sisi utara gunung Tambora. Suasananya cukup sejuk. Sangat cocok untuk minum kopi. Bisa untuk tempat menginap. Ada juga penginapan untuk disewakan. “ Penemuan tulang manusia itu adalah pada waktu penggalian untuk jalan oleh PT.Vener.” Kata Suparno juru pelihara situs Tambora. Katanya ada keris dan bajak yang ditemukan waktu itu. Namun keris itu ada di Bali dan Bajak ada di candi Borobudur.
Labuan Beranti, Kima Dan Pulau Satonda
         
 
Pulau Satonda di senja hari.
Tiga tempat ini berdekatan.Ada di desa Nanga Miro kecamatan Pekat Kabupaten Dompu. Tempat ini sangat cocok  untuk bertamasya. Pasirnya yang putih, banyak perahu-perahu nelayan yang bersandar dan mencari ikan, dan dapat melihat pulau Moyo di sisi barat. Di sebelah utara Beranti, ada bukit dan hamparan pasir putih, namanya so Fanda. Di bukit ini banyak terdapat keong raksasa atau Kima. Kima itu besar-besar. Menurut ahli, kima itu terjadi karena proses alam jutaan tahun yang lalu. Tapi sayang, kima-kima itu sudah banyak yang diambil orang terutama yang besar-besar seperti meja. Memandang ke utara kita akan melihat pulau Satonda. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit menuju pulau Satonda. Di tengah pulau itu ada danau Moti To’i namanya. Airnya sangat asin. Menurut ahli, asinnya air danau itu akibat luapan air laut yang masuk ke pulau saat letusan gunung Tambora.
          Satonda sangat indah. Pulau ini adalah tempat pertemuan Sang Bima dengan Puteri Tasi Sari Naga yang melahirkan keturunan Raja-Raja Bima. Saat ini pulau Satonda banyak disinggahi kapal-kapal pesiar dari Bali,Lombok, Moyo yang melanjutkan perjalanan ke pulau Komodo dan Manggarai. Setiap hari orang bule ke pulau Satonda.  Mereka memang datang mandi di pulau Satonda. Tempat ini sangat cocok untuk dikunjungi Sabtu dan Minggu.
Pasar Senin Dan Pasar Minggu
Pasar Minggu yang hanya ramai pada hari minggu.
 Di Kadindi dan Calabai ada pasar senin. Kemudian di Calabai ada yang namanya Pasar Minggu.Jika ke Tambora pada hari-hari itu maka kita akan bertemu dengan pasar Senin dan Pasar Minggu. Apalagi dari pagi hingga siang hari cukup ramai. Pasar senin hanya ada pada hari senin dari pagi hingga siang hari waktu zuhur. Pasar minggu adanya hanya pada hari minggu dari pagi hingga siang hari. Penjual dan pembeli datang dari Mbojo,Dompu,sampai pulau Moyo di sebelah barat Tambora. Mulai hari sabtu,perahu dari pulau Moyo berdatangan membawa pisang, buah-buahan, beras, ayam, sapi,kambing, ikan dan berbagai hasil bumi yang akan dijual. Begitu juga yang datang dari Mbojo membawa barang untuk dijual. Tradisi ini sudah ada sebelum letusan gunung Tambora. Pembauran antara warga Bali,Lombok, Moyo, Dompu, Mbojo sudah terjalin lama dan bahkan ada yang ketemu jodoh di tempat itu meski pertemuan hanya sekali seminggu. Mari kita berbelanja di pasar Minggu dan Pasar Senin di Tambora.
Mendaki Kaldera Tambora  
          
Pendaki dari Natgeo Indoensia di puncak Tambora.
  Bagi yang ingin mendaki gunung Tambora, ada empat jalur pendakian. Yaitu di doro peti,doro ncanga, pancasila dan Kawinda To’i di sebelah utara. Tetapi tempat pendakian yang banyak dilakukan adalah melalui Doro Peti dan Pancasila. Jalur Pancasila yang paling mudah dan dekat untuk pendakian. Jika memulai dari Pancasila menuju pos I setinggi 1200 Meter Di atas permukaan laut akan memakan waktu 3,5 jam. Berlanjut ke Pos II setinggi 1280 Meter di atas permukaan laut akan memakan waktu sekitar 2 jam. Kemudian menuju pos III setinggi 1600 Meter di atas permukaan laut. Berjalan sampai pos III akan memakan waktu 2,5 jam. Setelah itu beristirahat di pos III menuju pod IV yang memakan waktu sekitar 1,5 jam. Setelah itu menuju pos V memakan waktu sekitar 2 jam.Mencapai puncak Tambora dengan ketinggian 2851 Meter Di atas permukaan laut membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam. Jadi mendaki gunung Tambora membutuhkan waktu sekitar 15 jam. Dengan istirahat dan tidur pada malam hari memakan waktu selama  dua hari. Jika star di pagi hari maka bermalam di pos III atau Pos IV. Menjelang subuh baru mendaki ke puncaknya. Kalau orang asing hanya menempuh sehari semalam. Karena mereka tidak istirahat.Di puncak Tambora kita akan dapat melihat semua seperti gunung Rinjani, pulau Moyo, Pulau Moyo, Laut Flores dan seluruh kampung di Bima dan Dompu. Luas kaldera Tambora sekitar 7 KM dan kedalaman 1 KM. Di tengahnya ada gunung api kecil yang masih aktif dan masih mengeluarkan asap yaitu Doro Afi To’i.
Banyak orang yang jalan-jalan ke Tambora. Airnya yang bersih dan jernih, angin yang membawa kesejukan,kampung yang indah-indah. Lautnya yang bersih. Yuk Kita Ke Tambora…! 
 
Sumber : http://alan-malingi.blogspot.com

You Might Also Like

0 komentar: