Tulisan
Saya memulai tulisan ini dengan niat dan tujuan agar kita sebagai pembaca memahami betul sisi politik itu sesungguhnya beda dengan sisi sosial keseharian dalam kehidupan yang sesungguhnya. Ada benarnya ketika sebagian orang mengatakan, dalam percaturan politik, Kawan menjadi lawan dan lawan kerap menjadi kawan. Sebagian lagi mengatakan bahwa politik pada praktisnya adalah sebuah dagelan saja, tidak lebih dan tidak demikian pada nyatanya.
Melanjutkan catatan Bagian I (Baca di: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1119504444730562&set=a.208966809117668.62538.100000130513497&type=1&ref=notif¬if_t=comment_mention ), dan Bagian II (Baca di : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1119907721356901&set=a.208966809117668.62538.100000130513497&type=1&ref=notif¬if_t=like) yang lalu, pada bagian III sebagai bagian akhir ini saya ingin mengulas sedikit bagaimana hubungan persaudaraan Ady Mahyudi yang biasa disapa Aba Ady ini dengan para kandidat lainnya.
Hubungan antara Aba Ady dan Zubair, sebagai pasangan wakil dari dirinya sudah saya sampaikan pada tulisan dibagian I. Demikian hubungan Aba Ady dengan H. Syafrudin (Incumbent yang berpasangan dengan H. Masykur) serta Hj Dinda Damayanti Putri, biasa disapa Umi Dinda yang berpasangan dengan Drs. H. Dahlan, pada ulasan bagian ke II. Sedangkan hubungan Aba Ady sendiri dengan Khayir dan Hamid (KH) yang melalui jalur Independent tidak ada yang saya ketahui.
Tetapi Aba Ady cukup dekat H. Masykur,selain karena hubungan Profesi Birokrasi yaitu antara Sekda dan Wakil Ketua DPRD Kab Bima pada masa 2009 – 2014 yang lalu. Juga keterkaitan hubungan erat antara Zubair (Pasangan Wakil dari Aba Ady) dan H.Masykur (Pasangan Wakil dari incumbent) yang memang antara Atasan dan Bawahan pada masa H. Masykur menjadi Sekda Kab Bima dan Zubair menjadi Kadis Dikpora Kab Bima. Disini juga ada hubungan ‘Segitiga Emas’ antara Umi Dinda – H. Masykur – Zubair. Mereka bertiga ini sebenarnya orang yang tidak bisa dipisahkan dalam dalam hubungan emosional dan jasa kehidupan, apapun masalahnya.
Hubungan ‘Segitiga Emas’ ini akan saya kupas pada catatan lainnya, karena sangat menarik untuk dianalisah dalam pembacaan peta politik, dukungan dan basis massa. Ini juga akan menjadi patokan keberpihakan Politik Abuya (sapaan Akrab dari Drs. Zainul Arifin) yang konon masih memiliki massa loyal yang militan di Bima. Dan akan dapat ditarik garis merah, dimana Drs. H. Nadjib HM. Ali akan menjatuhkan pilihan politiknya. SEBAB, kemenangan dari salah satu paslon, dianggap SAMA….!!!
Hubungan lain yang menarik adalah antara H.Masykur dengan Hamid (Pasangan Wakil dari H. Khayir – Calon Independent), selain hubungan antara Sekda dan Camat pada masa kepemimpinan Drs. H. Zainul Arifin, mereka juga sama-sama berasal dari kecamatan Sape dan konon memiliki ikatan hubungan keluarga. Yang tentu saja ‘maju mundurnya’ pengembangan dan pembangunan kecamatan Sape pada masa itu sangat dipahami betul oleh dua calon kandidat Wakil ini.
Sehingga, saya secara Pribadi menilai bahwa Pertarungan Pilkada Kabupaten Bima pada tahun ini adalah Pertarungan Politik Balas Jasa. Sebab, saya mendapati banyak sekali hubungan jasa yang terbangun antara para kandidat calon baik calon Bupati maupun Wakil Bupati, sebelum masing-masing calon kandidat ini menyatakan siap maju dan berpasangan. Konstelasi ‘cerai politik’ antara Wahyu dan Abbas yang kemudian kini saling gugat karena ‘diceraikan’ adalah sebuah bagian dari upaya untuk mengamankan ‘Dinasti Jasa’ yang terbangun sebelum ini. H. Ahmad Abbas tidak masuk dalam lingkaran hubungan ke-jasa-an ini. Jika bukan karena Wasiat mendiang Ferry Zulkarnaen, kemunculan Drs. Dahlan HM Nor juga sesungguhnya tidak masuk dalam ‘lingkaran’ yang bisa diterima.
Insting politik saya muncul, penasaran dengan ‘peta jasa’ yang terbangun. Saya mencoba menelpon sekitar 55 orang yang menurut saya pribadi me-representasi masyarakat kabupaten Bima yang berada di 15 kecamatan yang berbeda. Dari hal tersebut saya membuat Hipotesa Politik bahwa sesungguhnya, pertarungan Politik kab Bima tahun ini adalah Pertarungan ‘Keluarga besar’ atau pertarungan ‘Adik Kakak’ yang kelak akan berakhir dengan ‘Aklamasi Politik’.
Penentu semua ini adalah ‘Segitiga Emas’ yang saya sebutkan diatas. Negosiasi, diplomasi hingga manajemen Konflik politik yang dibangun diatas ‘by design’ berada ditangan ‘Segitiga Emas’ Politik Dana Mbojo ini. Politik status Quo dan Politik Dinasti masih menjadi pijakan. Targetnya adalah Kepemimpinan Kabupaten Bima dan Kota Bima kedepannya dalam ‘satu dinasti’. Apakah ‘Dinasti Kesultanan’, ‘Dinasti Abidin’ atau tetap pada Dinasti Oposisi Pembangunan. Akibatnya, melengserkan PKS dalam ‘Bergaining politik’ kali ini memang cara tepat. Alasannya sederhana, karena PKS terlalu kritis dalam hal Politik patahana dan Politik status Quo. Hal ini sangat nampak ketika tersebar istilah ‘PKS, Asal Bukan Dinda’ yang ‘menggema’ beberapa waktu yang lalu.
Dengan memahami hal ini, apakah warga masyarakat Kabupaten Bima, masih ingin menjadi Simpatisan Fanatik para calon kandidat? Jadilah pemilih cerdas, dengan cara tidak harus ter-provokasi dengan berbagai isu dan rumor politik yang terbangun ???. Toch, menang nya salah satu dari 3 Pasangan Calon Kandidat itu sama dengan memenangkan 3 pasangan calon sekaligus.
Posisi H. Syafrudin – H. Masykur, jika menang, tetap akan mengakomodir kepentingan politik Ady Mahyudin dan Zubair. Sebab, Murni, Istri dari Ady Mahyudi tetap menjadi salah satu unsur pimpinan di DPRD Kab Bima yang artinya tetap bisa mengendalikan Pembangunan Bima kedepan. Berdasarkan aturan yang ‘diketuk’ oleh MK beberapa waktu yang lalu, bahwa Zubair sebagai PNS harus Mundur dari jabatannya sebagai Kepala Kesbanglinmas Kab Bima, tetapi dengan Aset yang sudah cukup untuk 'kedepan'. Demikian pula dengan Umi Dinda yang mungkin akan buka Usaha dan (mungkin) memiliki CV atau PT setelah mengundurkan diri dari keanggotaannya di DPRD Kab Bima.
Jika pun Ady Mahyudi – Zubair yang menang, jelas H. Syafruddin akan kembali ke Bisnisnya sebagai Pengusaha dan masih bisa mengendalikan pemerintahan kabupaten Bima, karena,Hj Rostina, istrinya H. Syafru adalah anggota DPRD Kab Bima. Sedangkan H. Masykur akan kembali bersama keluarga untuk menikmati masa pensiunnya. Demikian juga dengan Umi Dinda akan membangun Usaha dan bisa jadi berkongsi dengan H. Syafru. Sedangkan H. Dahlan akan kembali ke Jakarta.
Apabila Pasangan Calon Dinda – Dahlan yang menang, maka pembacaan 2 paragraf diatas itulah pastinya. H.Syafru akan kembali ke Bisnis dan masih bisa mengatur Pembangunan Bima melalui Istrinya di DPRD Kab Bima serta dengan beberapa Loyalis nya. H. Masykur akan menikmati masa pensiunya, Ady Mahyudi akan tetap dengan Bisnisnya dan masih bisa mengendalikan Pembangunan Bima melalui Istrinya yang menduduki kursi Ketua DPRD Kab Bima. Zubair akan bernasib sama dengan Umi Dinda.
Dan Peta Politik Bima akan berubah secara total bila kemudian Khayir – Hamid (KH) yang memenangkan Pilkada Bima kedepan. Kemenangan KH akan menjadi sejarah baru Pilkada Bima khususnya maupun NTB pada umumnya. Dari titik inilah, kita bisa mengukur intervensi pilihan para pemilih dan akan sangat menarik dalam mewarnai dinamika politik Bima menjelang Pilwalkot Bima 2017 mendatang.
LALU, dimana posisi Warga masyarakat Bima pada umumnya yang tadinya adalah Tim Sukses, yang tadinya adalah Simpatisan Fanatik/Loyal, yang tadinya Simpatisan Penghujat ??? Yach, tetap lah di posisi yang sama. Petani akan tetap kembali ke ladang, nelayan akan kembali ke laut, Ojek akan tetap kembali mencari penumpang, aparat pemerintah akan tetap bekerja seperti biasa, Mahasiswa akan tetap kembali ke kampus untuk kuliah, Dosen akan tetap kembali ke Silabus bahan ajaran, Guru akan tetap kembali ke sekolah dan berhadapan dengan muridnya.
Yang tak pernah akan kembali adalah Sakit hatinya orang lain yang sudah kita Fitnah, Dendamnya orang lain yang sudah kita hujat, Dosa kita kepada orang lain yang sudah kita permainkan. KECUALI tidak me-fitnah, tidak menghujat dan tidak mempermainkan sejak diawal perhelatan ini dimulai. KECUALI kita cepat menyadari dan meminta maaf kepada orang yang kita Fitnah, kita Hujat, dan kita Permainkan. KECUALI sama sekali kita tidak melibatkan diri untuk ikut me-fitnah, menghujat dan mempermainkan. Wallahualam Bissawab…
Siapa yang diuntungkan dalam Pilkada Bima tahun ini..??? Mereka adalah ketiga paslon saat ini karena hubungan dekat antara mereka. Para Pengusaha yang ‘Menyuntik Modal’ kepada kandidat yang menang. Pemiliki gagasan dan Ide yang bermain dibelakang layar dari paslon yang menang serta mereka-mereka yang Kreatif dan Inovatif dalam melihat Peluang Pengembangan dan Pembangunan kedepan yang akan muncul beberapa waktu yang akan datang setelah mengetahui siapa Paslon yang akan menang….!!!
-
#SAVE_PILKADA_BIMA_DAMAI…..!!! Kota Bima yang terik, Singgah di Wifi Telkom, 1 Agustus 2015.
MENGENAL MEREKA DALAM PERTALIAN SAUDARA, DIBALIK TENDENSI POLITIK BIMA HARI INI (Bag III - Habis)
Saya memulai tulisan ini dengan niat dan tujuan agar kita sebagai pembaca memahami betul sisi politik itu sesungguhnya beda dengan sisi sosial keseharian dalam kehidupan yang sesungguhnya. Ada benarnya ketika sebagian orang mengatakan, dalam percaturan politik, Kawan menjadi lawan dan lawan kerap menjadi kawan. Sebagian lagi mengatakan bahwa politik pada praktisnya adalah sebuah dagelan saja, tidak lebih dan tidak demikian pada nyatanya.
Melanjutkan catatan Bagian I (Baca di: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1119504444730562&set=a.208966809117668.62538.100000130513497&type=1&ref=notif¬if_t=comment_mention ), dan Bagian II (Baca di : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1119907721356901&set=a.208966809117668.62538.100000130513497&type=1&ref=notif¬if_t=like) yang lalu, pada bagian III sebagai bagian akhir ini saya ingin mengulas sedikit bagaimana hubungan persaudaraan Ady Mahyudi yang biasa disapa Aba Ady ini dengan para kandidat lainnya.
Hubungan antara Aba Ady dan Zubair, sebagai pasangan wakil dari dirinya sudah saya sampaikan pada tulisan dibagian I. Demikian hubungan Aba Ady dengan H. Syafrudin (Incumbent yang berpasangan dengan H. Masykur) serta Hj Dinda Damayanti Putri, biasa disapa Umi Dinda yang berpasangan dengan Drs. H. Dahlan, pada ulasan bagian ke II. Sedangkan hubungan Aba Ady sendiri dengan Khayir dan Hamid (KH) yang melalui jalur Independent tidak ada yang saya ketahui.
Tetapi Aba Ady cukup dekat H. Masykur,selain karena hubungan Profesi Birokrasi yaitu antara Sekda dan Wakil Ketua DPRD Kab Bima pada masa 2009 – 2014 yang lalu. Juga keterkaitan hubungan erat antara Zubair (Pasangan Wakil dari Aba Ady) dan H.Masykur (Pasangan Wakil dari incumbent) yang memang antara Atasan dan Bawahan pada masa H. Masykur menjadi Sekda Kab Bima dan Zubair menjadi Kadis Dikpora Kab Bima. Disini juga ada hubungan ‘Segitiga Emas’ antara Umi Dinda – H. Masykur – Zubair. Mereka bertiga ini sebenarnya orang yang tidak bisa dipisahkan dalam dalam hubungan emosional dan jasa kehidupan, apapun masalahnya.
Hubungan ‘Segitiga Emas’ ini akan saya kupas pada catatan lainnya, karena sangat menarik untuk dianalisah dalam pembacaan peta politik, dukungan dan basis massa. Ini juga akan menjadi patokan keberpihakan Politik Abuya (sapaan Akrab dari Drs. Zainul Arifin) yang konon masih memiliki massa loyal yang militan di Bima. Dan akan dapat ditarik garis merah, dimana Drs. H. Nadjib HM. Ali akan menjatuhkan pilihan politiknya. SEBAB, kemenangan dari salah satu paslon, dianggap SAMA….!!!
Hubungan lain yang menarik adalah antara H.Masykur dengan Hamid (Pasangan Wakil dari H. Khayir – Calon Independent), selain hubungan antara Sekda dan Camat pada masa kepemimpinan Drs. H. Zainul Arifin, mereka juga sama-sama berasal dari kecamatan Sape dan konon memiliki ikatan hubungan keluarga. Yang tentu saja ‘maju mundurnya’ pengembangan dan pembangunan kecamatan Sape pada masa itu sangat dipahami betul oleh dua calon kandidat Wakil ini.
Sehingga, saya secara Pribadi menilai bahwa Pertarungan Pilkada Kabupaten Bima pada tahun ini adalah Pertarungan Politik Balas Jasa. Sebab, saya mendapati banyak sekali hubungan jasa yang terbangun antara para kandidat calon baik calon Bupati maupun Wakil Bupati, sebelum masing-masing calon kandidat ini menyatakan siap maju dan berpasangan. Konstelasi ‘cerai politik’ antara Wahyu dan Abbas yang kemudian kini saling gugat karena ‘diceraikan’ adalah sebuah bagian dari upaya untuk mengamankan ‘Dinasti Jasa’ yang terbangun sebelum ini. H. Ahmad Abbas tidak masuk dalam lingkaran hubungan ke-jasa-an ini. Jika bukan karena Wasiat mendiang Ferry Zulkarnaen, kemunculan Drs. Dahlan HM Nor juga sesungguhnya tidak masuk dalam ‘lingkaran’ yang bisa diterima.
Insting politik saya muncul, penasaran dengan ‘peta jasa’ yang terbangun. Saya mencoba menelpon sekitar 55 orang yang menurut saya pribadi me-representasi masyarakat kabupaten Bima yang berada di 15 kecamatan yang berbeda. Dari hal tersebut saya membuat Hipotesa Politik bahwa sesungguhnya, pertarungan Politik kab Bima tahun ini adalah Pertarungan ‘Keluarga besar’ atau pertarungan ‘Adik Kakak’ yang kelak akan berakhir dengan ‘Aklamasi Politik’.
Penentu semua ini adalah ‘Segitiga Emas’ yang saya sebutkan diatas. Negosiasi, diplomasi hingga manajemen Konflik politik yang dibangun diatas ‘by design’ berada ditangan ‘Segitiga Emas’ Politik Dana Mbojo ini. Politik status Quo dan Politik Dinasti masih menjadi pijakan. Targetnya adalah Kepemimpinan Kabupaten Bima dan Kota Bima kedepannya dalam ‘satu dinasti’. Apakah ‘Dinasti Kesultanan’, ‘Dinasti Abidin’ atau tetap pada Dinasti Oposisi Pembangunan. Akibatnya, melengserkan PKS dalam ‘Bergaining politik’ kali ini memang cara tepat. Alasannya sederhana, karena PKS terlalu kritis dalam hal Politik patahana dan Politik status Quo. Hal ini sangat nampak ketika tersebar istilah ‘PKS, Asal Bukan Dinda’ yang ‘menggema’ beberapa waktu yang lalu.
Dengan memahami hal ini, apakah warga masyarakat Kabupaten Bima, masih ingin menjadi Simpatisan Fanatik para calon kandidat? Jadilah pemilih cerdas, dengan cara tidak harus ter-provokasi dengan berbagai isu dan rumor politik yang terbangun ???. Toch, menang nya salah satu dari 3 Pasangan Calon Kandidat itu sama dengan memenangkan 3 pasangan calon sekaligus.
Posisi H. Syafrudin – H. Masykur, jika menang, tetap akan mengakomodir kepentingan politik Ady Mahyudin dan Zubair. Sebab, Murni, Istri dari Ady Mahyudi tetap menjadi salah satu unsur pimpinan di DPRD Kab Bima yang artinya tetap bisa mengendalikan Pembangunan Bima kedepan. Berdasarkan aturan yang ‘diketuk’ oleh MK beberapa waktu yang lalu, bahwa Zubair sebagai PNS harus Mundur dari jabatannya sebagai Kepala Kesbanglinmas Kab Bima, tetapi dengan Aset yang sudah cukup untuk 'kedepan'. Demikian pula dengan Umi Dinda yang mungkin akan buka Usaha dan (mungkin) memiliki CV atau PT setelah mengundurkan diri dari keanggotaannya di DPRD Kab Bima.
Jika pun Ady Mahyudi – Zubair yang menang, jelas H. Syafruddin akan kembali ke Bisnisnya sebagai Pengusaha dan masih bisa mengendalikan pemerintahan kabupaten Bima, karena,Hj Rostina, istrinya H. Syafru adalah anggota DPRD Kab Bima. Sedangkan H. Masykur akan kembali bersama keluarga untuk menikmati masa pensiunnya. Demikian juga dengan Umi Dinda akan membangun Usaha dan bisa jadi berkongsi dengan H. Syafru. Sedangkan H. Dahlan akan kembali ke Jakarta.
Apabila Pasangan Calon Dinda – Dahlan yang menang, maka pembacaan 2 paragraf diatas itulah pastinya. H.Syafru akan kembali ke Bisnis dan masih bisa mengatur Pembangunan Bima melalui Istrinya di DPRD Kab Bima serta dengan beberapa Loyalis nya. H. Masykur akan menikmati masa pensiunya, Ady Mahyudi akan tetap dengan Bisnisnya dan masih bisa mengendalikan Pembangunan Bima melalui Istrinya yang menduduki kursi Ketua DPRD Kab Bima. Zubair akan bernasib sama dengan Umi Dinda.
Dan Peta Politik Bima akan berubah secara total bila kemudian Khayir – Hamid (KH) yang memenangkan Pilkada Bima kedepan. Kemenangan KH akan menjadi sejarah baru Pilkada Bima khususnya maupun NTB pada umumnya. Dari titik inilah, kita bisa mengukur intervensi pilihan para pemilih dan akan sangat menarik dalam mewarnai dinamika politik Bima menjelang Pilwalkot Bima 2017 mendatang.
LALU, dimana posisi Warga masyarakat Bima pada umumnya yang tadinya adalah Tim Sukses, yang tadinya adalah Simpatisan Fanatik/Loyal, yang tadinya Simpatisan Penghujat ??? Yach, tetap lah di posisi yang sama. Petani akan tetap kembali ke ladang, nelayan akan kembali ke laut, Ojek akan tetap kembali mencari penumpang, aparat pemerintah akan tetap bekerja seperti biasa, Mahasiswa akan tetap kembali ke kampus untuk kuliah, Dosen akan tetap kembali ke Silabus bahan ajaran, Guru akan tetap kembali ke sekolah dan berhadapan dengan muridnya.
Yang tak pernah akan kembali adalah Sakit hatinya orang lain yang sudah kita Fitnah, Dendamnya orang lain yang sudah kita hujat, Dosa kita kepada orang lain yang sudah kita permainkan. KECUALI tidak me-fitnah, tidak menghujat dan tidak mempermainkan sejak diawal perhelatan ini dimulai. KECUALI kita cepat menyadari dan meminta maaf kepada orang yang kita Fitnah, kita Hujat, dan kita Permainkan. KECUALI sama sekali kita tidak melibatkan diri untuk ikut me-fitnah, menghujat dan mempermainkan. Wallahualam Bissawab…
Siapa yang diuntungkan dalam Pilkada Bima tahun ini..??? Mereka adalah ketiga paslon saat ini karena hubungan dekat antara mereka. Para Pengusaha yang ‘Menyuntik Modal’ kepada kandidat yang menang. Pemiliki gagasan dan Ide yang bermain dibelakang layar dari paslon yang menang serta mereka-mereka yang Kreatif dan Inovatif dalam melihat Peluang Pengembangan dan Pembangunan kedepan yang akan muncul beberapa waktu yang akan datang setelah mengetahui siapa Paslon yang akan menang….!!!
-
#SAVE_PILKADA_BIMA_DAMAI…..!!! Kota Bima yang terik, Singgah di Wifi Telkom, 1 Agustus 2015.
0 komentar: