Iptek

Mahasiswa UGM ciptakan kompas canggih multifungsi

06.15.00 Iwan Wahyudi 0 Comments

Mahasiswa UGM ciptakan kompas canggih multifungsi
Kompas multifungsi ciptaan mahasiswa UGM. ©2015 Merdeka.com

Merdeka.com - Kegiatan di alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan tingkat kesulitan tinggi. Akan tetapi, itulah realitas yang harus dihadapi oleh berbagai pihak yang bergelut di alam bebas dan para mahasiswa dan peneliti di bidang kebumian seperti geologi, geofisika, pertambangan. Kesulitan yang sering dihadapi ketika mengambil data di lapangan adalah karena alat-alat yang digunakan umumnya cukup banyak dan rumit sehingga memakan waktu lama.

Tiga mahasiswa Geologi UGM, Hafizhan Abidin Setyowiyoto, Ahmad Faizal Amin, dan Riko Susetia Yuda, berinisiatif untuk membuat sebuah alat untuk memecahkan masalah yang ada dengan membuat alat untuk mempermudah pengambilan data lapangan.

Berkolaborasi dengan dua mahasiswa Elektronika dan Instrumentasi, Ghafar Ramadhan Faqih dan Ahmad Shalahuddin Abdullah, kelimanya dibawah bimbingan Dr. Agung Setianto menciptakan Long Ranger Compass, sebuah kompas multifungsi yang dapat digunakan untuk mengukur parameter kuantitatif dalam pengambilan data lapangan.

Kompas ini memadukan fungsi Global Positioning System (GPS), pengukur kemiringan dan arah automatis, altimeter, laser, dan data logger untuk memudahkan proses pengukuran data geologi lapangan. Data yang diukur di antaranya adalah adalah koordinat pengamat, kemiringan dan arah penyebaran lapisan batuan, suhu, tekanan udara, dan ketinggian. Data tersebut selanjutnya akan disimpan dalam data logger agar dapat di-recall dan dipresentasikan dalam format file excel.

Selain pengukuran langsung secara cepat, alat yang mereka gunakan juga dapat digunakan untuk melakukan pengukuran dari jarak jauh. Untuk pengukuran dari jarak jauh ini, pengguna dapat menembakkan laser untuk mengukur arah dan kemiringan lapisan batuan dari jarak jauh. Selain itu, laser juga dapat digunakan untuk menentukan posisi suatu objek terhadap pengguna dengan menembakkan laser ke objek dari dua titik yang diketahui koordinatnya. Keunggulan lainnya, alat ini sudah terintegrasi dengan software Geographic Information System (GIS) sehingga hasil pengukuran dapat langsung diolah di komputer.

Menurut mereka, ini adalah kali pertama mereka melakukan riset interdisiplin ilmu yang sangat jauh berbeda. "Ya, ini adalah kali pertama kami melakukan riset interdisiplin yang sangat jauh bedanya," demikian penuturan Hafizhan Abidin yang merupakan ketua kelompok tim, yang juga merupakan juga merupakan ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi FT UGM.

Pernyataan pria yang akrab dipanggil Hafiz ini diamini oleh Ghafar Ramadhan yang juga merupakan salah satu personil Tim Roket UGM yang memenangkan Kompetisis Muatan Roket Indonesia (KOMURINDO) 2015. "Semoga ini merupakan awal dari kerja sama interdisipliner yang dapat memecahkan masalah yang sering kita hadapi sehari-hari," sambung Ghafar.

Saat ditanya dari mana ide ini berasal, Faizal Amin (Amin) menjawab, "Ide ini berasal dari masalah yang kita temui sehari-hari sebagai mahasiswa geologi, yakni masalah lamanya waktu pengukuran karena membutuhkan banyak alat yang pengoperasiannya cukup rumit. Lalu kami mempunyai ide untuk memecahkan masalah dengan menggandeng personel dari jurusan lain yang mengetahui tentang peralatan elektronik."

Pernyataan ini didukung oleh Riko yang juga sahabat satu kelas Amin. "Awalnya kami sering main bareng, terus kepikiran ide-ide liar untuk membuat satu alat untuk memecahkan masalah yang sering kami temui di lapangan. Akhirnya, tercetuslah ide untuk membuat alat ini," sahut Riko.

Karya kreatif mereka rencananya akan dipresentasikan dalam kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-28 yang akan diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Universitas Halu Oleo Kendari, 5-9 Oktober mendatang untuk Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta.

"Semoga karya kami dapat menjadi salah satu karya terbaik pada PIMNAS kali ini. Meski kami menargetkan untuk menjadi salah satu pemenang pada event tahun ini, namun itu bukanlah harga mati karena pengalaman riset bersama selama setahun ini jauh lebih berharga dan tidak bisa dibeli dengan apapun, pungkas Hafizhan.

You Might Also Like

0 komentar: