Artikel

Menjadi Seorang Guru 'Panggilan Jiwa'

06.14.00 Iwan Wahyudi 0 Comments




Menjadi seorang pendidik adalah panggilan jiwa bukan hanya sekedar keinginan yang dipaksakan oleh sebuah kehendak dan situasi. Victor Hugo sastrawan besar dari Prancis mengatakan 'profesi yang mulia di dunia ini adalah seorang guru dan seorang perawat' sebuah pernyataan seorang sastrawan besar yang tidak mungkin di ungkapkan tanpa sebuah hasil pemikiran yang jernih tanpa bermaksud mengenyampingkan profesi-profesi yang lain. 


Betapa profesi guru adalah sebuah profesi yang mulia dan kalau kita menjalankannya dengan hati yang ikhlas dan sabar menghadapi murid-murid dengan berbagai karakter dan latarbelakang murid yang berbeda-beda. Coba anda bayangkan didalam suatu ruangan kelas kita dihadapkan dengan murid-murid yang pintar dan cerdas betapa ruangan itu serasa tidak menggairahkan dan menantang karena kita sudah dipersiapkan dengan murid-murid yang pintar dan cerdas, apa yang diberikan ilmunya kalaupun murid-muridnya sudah memahami dan mengerti akan ilmu yang kita berikan. 

Wahai para guru yang memenuhi panggilan jiwa akan menantang dan menarik jikalau kita menemukan sebuah kelas yang murid-muridnya dengan tingkat kemampuannya kurang dan sikapnya yang membuat suasana kelas menjadi ribut dan ramai. Sungguh nikmatnya jikalau kita menemukan suasana kelas yang penuh dengan tantangan. 

Wahai guru yang memenuhi panggilan jiwa, disinilah letak dari kesabaran dan keikhlasan kita sebagai seorang pendidik, jikalau kita bisa menjadikan anak-anak yang nakal ini menjadi anak-anak yang merdeka pikirannya, anak-anak yang berkarakter dan anak-anak yang membanggakan bagi gurunya. Sungguh suatu prestasi dan kenikmatan bagi kita sebagai seorang pendidik merubah dan menanamkan kebaikan pada murid-muridnya. 

Wahai para guru yang memenuhi panggilan jiwa, janganlah takut dan marah ketika engkau menemukan kelas yang murid-muridmu nakal dan tidak secerdas murid-murid sekolah yang bergengsi. Berbanggalah bahwa murid-muridmu yang nakal itu suatu saat nanti akan menjadi pemimpin-pemimpin republik ini bahkan yang akan melanjutkan cita-citamu yang tertunda.

Wahai para guru yang memenuhi panggilan jiwa, kelas bukan hanya sekedar tempat untuk menunggu jam berakhir atau jam pulang, kelas bukan hanya kumpulan foto presiden dan wakil presiden yang dipajang di dinding-dinding tembok kelasmu dan kelas bukan hanya sekedar kumpulan foto-foto pahlawan nasional.
Wahai para guru yang memenuhi panggilan jiwa, perhatikanlah foto-foto muridmu di ukuran 3x4 yang terpampang di kartu ujian, buku rapor dan ijazahnya. Wahai para guru yang memenuhi panggilan jiwa, sungguh foto-fotonya itu tidak ada satupun yang tersenyum sepertinya raut mukanya menunjukkan ekspresi takutnya. Takut akan masa depannya, takut akan ditinggalkan gurunya, takut tidak dididik gurunya untuk menjadi manusia-manusia yang bermanfaat bukan menjadi penyakit masyarakat. 

Wahai guru yang memenuhi panggilan jiwa, mungkin diantara sekian banyak murid-muridmu ada satu, dua dan tiga yang akan menarik tanganmu di dunia dan di akhirat nanti ke surga. Wahai guru yang memenuhi panggilan jiwa, sungguh beruntungnya dirimu menjadi seorang guru. 

Wahai seorang guru yang memenuhi panggilan jiwa, kadang kala dalam pengabdianmu yang tulus tanggung jawab penuh tanpa batas harus bergelut dengan kekurangan dan keterbatasanmu engkau masih bisa menyembunyikan kesedihanmu didepan murid-muridmu.

Wahai guru yang memenuhi panggilan jiwa, di ujung masa pengabdianmu sebagai seorang guru engkau masih menaburkan kebaikan. Semoga pintu-pintu langit memberikan kemulian dan keberkahan pada guru yang memenuhi panggilan jiwa. Semoga amal dan perbuatan mungkin engkau tidak menikmatinya tetapi Tuhan akan membalasmu. "Seorang guru bisa saja melupakan muridnya tetapi seorang murid tidak akan pernah bisa melupakan gurunya".

Eka Ilham.S.Pd., M.Si
Ketua Umum Serikat Guru Indonesia(SGI) Bima


You Might Also Like

0 komentar: