Artikel
Menjadi Seorang Guru 'Panggilan Jiwa'
Menjadi seorang pendidik adalah
panggilan jiwa bukan hanya sekedar keinginan yang dipaksakan oleh sebuah
kehendak dan situasi. Victor Hugo sastrawan besar dari Prancis mengatakan
'profesi yang mulia di dunia ini adalah seorang guru dan seorang perawat'
sebuah pernyataan seorang sastrawan besar yang tidak mungkin di ungkapkan tanpa
sebuah hasil pemikiran yang jernih tanpa bermaksud mengenyampingkan
profesi-profesi yang lain.
Betapa profesi guru adalah sebuah
profesi yang mulia dan kalau kita menjalankannya dengan hati yang ikhlas dan
sabar menghadapi murid-murid dengan berbagai karakter dan latarbelakang murid
yang berbeda-beda. Coba anda bayangkan didalam suatu ruangan kelas kita
dihadapkan dengan murid-murid yang pintar dan cerdas betapa ruangan itu serasa
tidak menggairahkan dan menantang karena kita sudah dipersiapkan dengan
murid-murid yang pintar dan cerdas, apa yang diberikan ilmunya kalaupun
murid-muridnya sudah memahami dan mengerti akan ilmu yang kita berikan.
Wahai para guru yang memenuhi
panggilan jiwa akan menantang dan menarik jikalau kita menemukan sebuah kelas
yang murid-muridnya dengan tingkat kemampuannya kurang dan sikapnya yang
membuat suasana kelas menjadi ribut dan ramai. Sungguh nikmatnya jikalau kita
menemukan suasana kelas yang penuh dengan tantangan.
Wahai guru yang memenuhi panggilan
jiwa, disinilah letak dari kesabaran dan keikhlasan kita sebagai seorang
pendidik, jikalau kita bisa menjadikan anak-anak yang nakal ini menjadi
anak-anak yang merdeka pikirannya, anak-anak yang berkarakter dan anak-anak
yang membanggakan bagi gurunya. Sungguh suatu prestasi dan kenikmatan bagi kita
sebagai seorang pendidik merubah dan menanamkan kebaikan pada murid-muridnya.
Wahai para guru yang memenuhi
panggilan jiwa, janganlah takut dan marah ketika engkau menemukan kelas yang
murid-muridmu nakal dan tidak secerdas murid-murid sekolah yang bergengsi.
Berbanggalah bahwa murid-muridmu yang nakal itu suatu saat nanti akan menjadi
pemimpin-pemimpin republik ini bahkan yang akan melanjutkan cita-citamu yang
tertunda.
Wahai para guru yang memenuhi
panggilan jiwa, kelas bukan hanya sekedar tempat untuk menunggu jam berakhir
atau jam pulang, kelas bukan hanya kumpulan foto presiden dan wakil presiden
yang dipajang di dinding-dinding tembok kelasmu dan kelas bukan hanya sekedar
kumpulan foto-foto pahlawan nasional.
Wahai para guru yang memenuhi
panggilan jiwa, perhatikanlah foto-foto muridmu di ukuran 3x4 yang terpampang
di kartu ujian, buku rapor dan ijazahnya. Wahai para guru yang memenuhi
panggilan jiwa, sungguh foto-fotonya itu tidak ada satupun yang tersenyum
sepertinya raut mukanya menunjukkan ekspresi takutnya. Takut akan masa
depannya, takut akan ditinggalkan gurunya, takut tidak dididik gurunya untuk
menjadi manusia-manusia yang bermanfaat bukan menjadi penyakit masyarakat.
Wahai guru yang memenuhi panggilan
jiwa, mungkin diantara sekian banyak murid-muridmu ada satu, dua dan tiga yang
akan menarik tanganmu di dunia dan di akhirat nanti ke surga. Wahai guru yang
memenuhi panggilan jiwa, sungguh beruntungnya dirimu menjadi seorang guru.
Wahai seorang guru yang memenuhi
panggilan jiwa, kadang kala dalam pengabdianmu yang tulus tanggung jawab penuh
tanpa batas harus bergelut dengan kekurangan dan keterbatasanmu engkau masih
bisa menyembunyikan kesedihanmu didepan murid-muridmu.
Wahai guru yang memenuhi panggilan
jiwa, di ujung masa pengabdianmu sebagai seorang guru engkau masih menaburkan
kebaikan. Semoga pintu-pintu langit memberikan kemulian dan keberkahan pada
guru yang memenuhi panggilan jiwa. Semoga amal dan perbuatan mungkin engkau
tidak menikmatinya tetapi Tuhan akan membalasmu. "Seorang guru bisa saja melupakan muridnya tetapi seorang murid
tidak akan pernah bisa melupakan gurunya".
Eka
Ilham.S.Pd., M.Si
Ketua
Umum Serikat Guru Indonesia(SGI) Bima
0 komentar: