Artikel
TUMBAL POLITIK 'AHOK'
''Kinerja Ahok menurut masyarakat
Jakarta 72% memuaskan tetapi munurut hati dan takdir Allah SWT tidak mampu
memenangkan Ahok"
"Segala sesuatu dan upaya pada
akhirnya takdir Allah SWT yang menentukannya"
Politik adalah berbicara kekuasan
siapa yang strategi dan taktiknya mumpuni itu yang akan menjadi pemenang, yang
kalah akan menjadi pencundang dan tumbal dari politik itu sendiri, pilkada DKI
memberi contoh bahwa tumbal politik 'ahok' sangat banyak di tingkat pucuk
pimpinan dalam partai, pejabat, artis, dan para penista-penista agama. Dengan
kekalahan 'Ahok' yang nota bene dari etnis keturunan china yang dengan
congkaknya menistakan agama mayoritas di indonesia di kepulauan seribu jakarta
dalam pertarungan dengan Anies Baswedan dan Sandi Salahudin Uno di Pilkada
Jakarta yang menghabiskan banyak energi bagi bangsa ini sedikit nggak memecah
konsentrasi pembangunan negeri ini, pasca kemenangan Anies-Sandi banyak tumbal
politik yang berjatuhan. Mereka adalah para petinggi-petinggi dan pesohor
negeri ini yang merupakan pasukan Ahok.
Para petinggi itu mengalami
kekecewaan atau kehilangan kepercayaan diri, dan ada yang mengalami kondisi
kejiwaan serta kebingungan mengenai hasil penghitungan cepat yang sangat jauh
15 % dari pasangan Ahok yang menurut perkiraan mereka tidak sejauh itu
kemenangan bagi Anis-Sandi. Mereka hancur dan terkapar setelah Ahok, “si
penista agama” yang mereka jagokan untuk terus menduduki “Gubernur Jakarta”,
yang menurut hasil kepuasaan masyarakat jakarta dalam hal kinerja mendapatkan
72 % kepuasaan, mereka beranggapan tidak ada celah kemenangan bagi Anis-Sandi
tetapi realitasnya Ahok kalah telak di pasangan Anies Sandi. Kerja keras tim
Ahok pada akhirnya dikalahkan oleh takdir dari Allah SWT.
Para petinggi dan koalisi pro-Ahok
yang mengalami kondisi kekecawaan yang sangat berat karena kemenangan
Anis-Sandi diluar akal pemikiran mereka, sebut saja antara lain adalah ketua
umum PPP yang sedang berkonflik, yaitu Muhammad Romi Romahurmuziy dan Djan
Faridz. Pembesar PPP ini yang merupakan pemimpin partai belambang ka'bah ini
yang partai yang dibangun oleh tokoh-tokoh islam yang beridoelogi islam dan
berbasis massa islam diluar dugaan oleh kader ditingkat grassroot(akar rumput)
terang-terangan mendukung Ahok yang nota bene adalah bukan se-iman yang membuat
kekuatan PPP terpecah belah dalam pilkada jakarta. Romi dan Djan farid
terang-terangan memperkuat dukungan ke Ahok dalam politik pilkada Jakarta.
Pasca kemenangan Anis-Sandi Romi dan
Djan dimungkinkan akan ada gerakan dari internal partai dan bassis massanya
untuk menggantikan mereka dari posisi ketua umum karena sikap dan tindakan
mereka sangat parah menyalahi marwah partai yang berlambang ka'bah. Mereka
kemungkinan akan terjadi gesekan atau benturan di tubuh partai PPP. Karena,
Romi dan Djan Farid terang-terangan mendukung Ahok berdasarkan keputusan
sendiri dan tidak melihat latar belakang dan marwah partai PPP. Sekarang,
tampaknya PPP akan segera mencari pengganti Romi dan Djan. Kemungkinan Abraham
Lunggana atau Haji Lulung yang sejak awal tidak mendukung Ahok diperkirakan
akan menggantikan posisi ketua umum PPP entah melalui mekanisme partai atau
penurunan secara paksa.
Tumbal selanjutnya Setya Novanto,
ketua umum Golkar. Dukungan Setya Novanto pada Ahok dalam pilkada Ibukota
jakarta membuat dia juga mengalami kondisi akut. Karena di internal partai dan
sesepuh golkar sebut saja AbuRizal Bakrie dan Yusuf Kalla yang tidak setuju
Setnov membawa partai itu mendukung Ahok. Bagi mereka sesepuh-sesepuh di golkar
yang memiliki pengalaman dalam hal berpolitik bahwa golkar mengetahui Ahok
tidak bisa memiliki kans untuk memenangkan pilkada jakarta mengingat banyaknya
persoalan pribadi yang menimpa Ahok dalam hal penistaan agama. Sikap politik
Setnov tidak di restui oleh sesepuh-sesepuh golkar walaupun idoelogi partai
adalah nasionalis namun banyak tokoh-tokoh muslim yang berada di partai golkar
yang sejak awal sangat tidak respek pada persoalan penistaan agama.
Diperkirakan, Setnov pun tidak dapat
diselamatkan untuk bertahan hidup di kerajaan Golkar. Kemungkinan elit-elit
politik dan sesepuh Golkar bersiap-siap untik menumbangkan Setnov dari ketua
umum partai Golkar.
Selanjutnya Nusron Purnomo alias
Nusron “Wahid”. Kelihatannya akan memerlukan ketenangan jiwa karena sangat
terpukul dengan kekalahan Ahok sahabat nasraninya. Nusron yang sejak awal
memposikan dirinya adalah pendukung dan pengawal Ahok terkenal dengan mata
melototnya yang terang-terangan menghardik ulama” ketika berbicara di acara
Indonesia Lawyers Club (ILC) di TVOne. Nusron yang juga katanya adalah dari NU
Banser Anshor yang dari awal tidak senang dengan aktifitas FPI dan Demonstrasi
Aksi 212 Al-Maidah jelas-jelas tidak mampu mengkondisikan banser Anshornya
untuk memenangkan Ahok. Nusron akan menjadi sorotan negatif dari para ulama
tentang arogansinya terhadap sesepuh ulama.
Kemudian tokoh sentral Surya Paloh,
ketua umum Partai NasDem. Tokoh yang mengidentikkan dirinya sebagai Soekarnois
sejati pemilik media Metro TV ini jelas sangat kecewa atas kekalahan Ahok.
Surya Paloh memberikan dukungan habis-habisan kepada Ahok. Kemungkinan Komandan
restorasi menyimpan rasa malu seumur hidup ke anak buahnya di Metro TV yang
giat mempropaganda, framing, plintir dan pembalik faktanya sendiri, melalui
media yang dia miliki karena semua usaha itu akhirnya dibalas oleh Allah SWT
dengan kemenangan Anis-Sandi di pilkada jakarta.
Selanjutnya adalah Luhut Binsar
Panjaitan. Di dalam pilkada DKI, Luhut terbilang mengalami luka berat yang
bakal sulit disembuhkan, karena proyek Reklamasinya kemungkinan besar akan
ditolak oleh gubernur baru Anis-Sandi. Luhut sangat kecewa. Luhut inilah yang
melakukan lobi ke segala arah untuk menggolkan Ahok menjadi gubernur DKI.
Luhutlah negosiator ulung untuk memenangkan Ahok dan melobi para pimpinan
partai seperti PPP, PKB, HANURA. Partai ini sebenarnya lahir dan besar karena
konstituennya mayoritasnya dari umat islam. Mereka tidak melihat sejarah
perjalanan partainya 'lupa sejarah' tapi faktanya kepercayaan konstituen dari
umat muslim ini justru melenceng dari keinginan simpatisan umat muslim. PPP,
PKB yang marwah partainya adalah islam jauh dari kata keberpihakan terhadap
islam. NASDEM, GOLKAR dan HANURA yang memang partainya berkiblat pada
nasionalis tetapi tidak dapat dipungkiri konstituen akar rumputnya adalah umat
muslim. Mengatasnamakan kebhinekaan tetapi tidak melihat suara arus bawah.
Sepertinya partai milik para elit saja, pertanyaannya tujuan mendirikan partai
untuk apa? untuk apa simbol-simbol islam di tegakkan pada atribut-atrbut partai
dan visi misi partai yang pada akhirnya melukai para pendiri terdahulu dan
konstituennya. Sungguh sebuah diluar akal pemikiran kita yang awam. Berpolitik
boleh tetapi jangan lupa identitas dari partai tersebut.
Jenderal Wiranto, Mantan jenderal
ini menyerahkan partai Hanura ke koalisi Bu Mega untuk memperkuat kubu Ahok.
Tetapi kelihatannya Wiranto hanya mengalami luka ringan sebab dia sejak awal
tidak begitu serius mendukung Ahok; hanya bentuk solidaritas saja sekadar
menyenangkan Presiden Jokowi yang mengangkatnya menjadi menko. Tampaknya nafsu
bertempur bapak satu ini sudah dikebiri entah sejak kapan.Terlihat dalam setiap
gerakan islam, Jendral satu ini selalu berada didepan dalam menegosiasi dengan
para ulama karena jendral ini nota bene katanya di negeri antabranta disebut
'Jenderal Hijau'.
Ruhut Sitompul, si poltak raja
minyak dari medan salah seorang “propaganda ulung ” Ahok, juga mengalami
guncangan jiwa dalam pilkada Jakarta karena dia sudah berjanji 'potong kupingku
kalau ahok kalah' iyah...namanya si poltak raja minyak dari medan ibarat
sinetron yang diperankannya dalam sinetron 'Gerhana' mampu menyusaikan diri
ibarat bunglon loncat sana loncat sini. Bagi Ruhut Sitompul politik adalah
'panggung sandiwara' lukanya tidak begitu parah, hanya saja kedua kuping si
Ruhut Sitompul hancur berantakan kena sabetan pedang tumpul. Mantan anggota DPR
Partai Demokrat yang terkenal suka loncat ke mana-mana untuk bisa bertahan
hidup, kemungkinan akan membuat jurus baru dari mulut bacotnya untuk mencari
tempat loncatan baru atau partai baru sambil menunggu tuntutan rakyat dengan
janjinya memotong kuping kalo Ahok kalah.
Selanjutnya yang sangat terluka,
korban perasaan yang paling besar tentunya dialami oleh Ibu Megawati yang
sangat berkorban untuk membela Ahok dari gempuran-gempuran selama Pilkada Ibu
Kota Jakarta. Ibu Megawati pasti sangat terpukul karena pembelaan terhadap Ahok
sampai sentimen terhadap umat islam acap kali di ucapkan pada umat islam yang
melukai hati umat.
Steven Chou merupakan putra orang
terkaya urutan 101 di dunia ini yang dengan arogansinya menghina seoarang ulama
gubernur NTB dengan tidak pantas dia lakukan menjadi viral di media dan rakyat
indonesia betapa arogansi itu telah menghancurkan sendi-sendi kebhinekaan.
Terlepas dari persistiwa itu paling tidak secara politis mempengaruhi kekalahan
Ahok. Ada kesadaran kolektif dari masyarakat jakarta. Mereka butuh gubernur
baru yang bukan hanya pekerja keras tetapi mereka butuh keteladanan dari
seorang pemimpin. Belajar dari politik DKI Jakarta kekuatan agama mengalahkan
idoelogi-ideologi yang dibangun oleh manusia itu sendiri. Itu masuh berlaku di
Republik ini.
Nah! kita sekarang lihat kondisi
pendukung kotak-kotak ini seperti para pesohor republik ini seperti para artis
pendukung Ahok dengan berbagai ekspresi mereka ungkapkan lewat media atas
kekecawaan kekalahan Ahok yang merupakan luka panjang yang harus mereka bawa
seumur hidupnya. Mereka terlanjur mempersonifikasikan dirinya sebagai Ahok.
Kekalahan Ahok adalah kekalahan dirinya. Bagi mereka Ahok adalah Idolanya
bahkan ada yang lebih ekstrim Ahok adalah 'Tuhannya', memilih jalan oposisi,
menginginkan pindah kewarganegaraan sampai se ekstrim itu.
Lucunya hari ini entah siapa yang
memulainya Ahok di gadang-gadang sebagai calon menteri dalam negeri oleh
Jokowi. Sungguh kehidupan dunia telah membutakan setiap akal dan pikirannya.
Hari ini kita dihadapkan pada proses
hukum Ahok dimana Hakim dan Jaksa Penuntut Umum dipersidangan memberikan
tuntutannya satu tahun dan dua tahun masa percobaan pada potret keadilan di
indonesia. Umat merasa pengadilan negeri ini tidak bisa memenuhi rasa keadilan.
Luar biasa keadilan di negeri ini sekali ajaib bin ajaib pertimbangan kinerja
dan jasa Ahok tiga tahun dijakarta menjadi pertimbangan Hakin dan Jaksa
meringankan hukuman bagi Ahok. Bu Yani pelapor penista menerima hukuman enam
tahun dan bapak Dahlan Iskan harus menelan pahit keadilan di republik ini.
Penulis dan para pembaca mengambil
hikmah dari tulisan ini "Sesungguhnya Kerja Keras Tidak Akan Mampu
Mengalahkan Takdir Dari Allah SWT" .
"Jadi hidup jangan jumawa,
sehebat-hebatnya kita tidak akan mampu menghadapi takdir dari Allah SWT.
Eka
Ilham.S.Pd., M.Si
Ketua
Umum Serikat Guru Indonesia Kabupaten Bima
0 komentar: