Pena Iwan
Bercermin Ketangguhan Wanita Atjeh
Ketangguhan
dan keperkasaan biasanya identik dengan laki-laki, namun tidak dapat dipungkiri
bahwa dibalik semua ketangguhan itu pasti ada seorang wanita. Sesungguhnya para
wanita juga memiliki ketangguhan sendiri sebagai fitrah pemberian-Nya seperti
kuat dan tangguhnya seorang wanita mengandung dan melahirkan.
Menelisik
ketangguhan wanita terutama wanita Indonesia, tak kering mata airnya untuk
selalu dituturkan sebagai Inspirasi yang dahsyat. Diantaranya sosok wanita dari
Tanah Rencong Atjeh (Aceh). Saat negeri ini masih belum sepenuhnya lepas dari
penjajahan, pesawat pertama yang dimiliki Indonesia hasil patungan dan sebagian
besar (kalau tidak disebut semuanya) dari masyarakat Atjeh, mengumpulkan emas
dan perhiasan yang dimiliki para wanitanya. Ketangguhan dan keikhlasan sangat
luar biasa yang dianugerahkan pada wanita Atjeh.
Cermin
selanjutnya mari melirik dua wanita luar biasa (diantara banyak lainnya), Cut
Nyak Dien dan Malahayati.
Cut Nyak Dhien lahir tahun 1848 di sebuah daerah
bernama Lampadang. Beliau besar dalam sebuah keluarga yang kaya dengan nilai
Islam di Aceh Besar. Pada 26 Maret 1873, Belanda mendatangi dan menyerang Aceh
untuk pertama kali. Bersama sang Suami Teuku Umar mereka berdua bahu
membahu melakukan perlawanan mengusir penjajah hingga Teuku Umar melakukan tak
tik menyerah untuk bisa merampas senjata Belanda dan kembali bertempur bersama
Cut Nyak Dien melawan penjajah, dalam sejarah dikenal dengan Het verraad van
Teukoe Oemar atau pengkhianatan Teuku Umar. Teuku Umar gugur dalam sebuah
pertempuran di Meulaboh, Aceh Barat pada 11 Februari 1899. Cut Nyak Dien tetap
melakukan perlawanan keluar masuk hutan ber gerilya hingga usia cukup tua
bahkan diceritakan mata beliau mengalami rabun. Cut Nyak Dhien kemudian
ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Penyakit Cut Nyak Dhien perlahan sembuh.
Berita yang cukup menggembirakan bagi masyarakat Aceh. Cut Nyak Dien tetap
berkomunkasi dengan pasukannya dan membuat Belanda marah dan ditahan ke
Sumedang tepatnya di daerah Gunung Puyuh. Di sana lah beliau akhirnya
menghembuskan nafas terakhir.
Keumalahayati
atau lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati. Laksamana wanita pertama
yang diketahui dunia modern. Setelah sang suami gugur di pertempuran Selat
Malaka melawan Portugis, Malahayati membentuk armada sendiri untuk menggantikan
mendiang suaminya bertempur. Malahayati adalah panglima dari Inong Balee,
armada pelayaran beranggota para janda pejuang Aceh yang gugur di pertempuran
Selat Malaka. Meskipun prajuritnya para janda, armada pimpinan Malahayati
sangat tangkas di bidang militer. Mereka menyusun sistem pertahanan yang kuat
di daratan maupun lautan. Mereka memiliki benteng di Teluk Lamreh Kraung Raya
dan 100 kapal. Ketangguhan Malahayati dan pasukannya membuat armada Portugis
bisa dipukul mundur di abad 16. Mereka juga berhasil menggugurkan utusan
Belanda, Cornelis de Houtman pada tanggal 11 September 1599. Dia bahkan
ditunjuk secara langsung oleh Sultan Alauddin Mansur Syah untuk menjadi
laksamana pertamanya. Saat itu Aceh sedang ketat-ketatnya menjaga perairan
Selat Malaka agar tak bernasib sama seperti tetangganya yang jatuh ke tangan
Portugis. Konon para jenderal dan pasukan pun menaruh hormat kepada perempuan
ini.
Setelah Portugis, Aceh harus menghadapi upaya invasi dari Belanda. Setelah armada pimpinan Cornelis de Houtman berhasil dikalahkan oleh Malahayati, giliran pasukan Paulus van Caerden yang mencoba menerobos perairan Aceh pada tahun 1600. Mereka menjarah dan menenggalamkan kapal bermuatan rempah, membuat raja Aceh naik pitam. Perlawanan sengit dari armada Malahayati dan ancaman Spanyol membuat Belanda menyerah. Penguasa negeri kincir, Maurits van Oranje mengirim utusan diplomatik beserta surat permintaan maaf kepada Kerajaan Aceh. Kedua utusan tersebut ditemui oleh Malahayati sendiri dan berbuah kesepakatan gencatan senjata. Belanda setuju membayar 50 ribu gulden sebagai kompensasi atas tindakan Paulus van Caerden, sementara Malahayati membebaskan sejumlah tahanan Belanda yang ditawan pasukannya. Reputasi Malahayati yang tak kenal ampun membuat Inggris yang hendak melalui Kerajaan Aceh jadi ciut. Ratu Elizabeth, penguasa Inggris kala itu memilih untuk mengutus James Lancaster disertai surat permintaan izin kepada Sultan Aceh untuk membuka jalur pelayaran menuju Jawa. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1602.
Malahayati gugur dalam pertempuran melawan armada Portugis yang kala itu dipimpin oleh Alfonso de Castro Juni 1606. Jasadnya dimakamkan di Gampong Lamreh, Krueng Raya, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Kehebatan Malahayati di lautan membuat namanya dikenal di negara-negara lain. Selain Belanda, Portugis, dan Inggris yang ketakutan dibuatnya, nama Malahayati juga terdengar sampai ke negeri Tiongkok. Sejumlah sejarawan menjajarkan namanya dengan Katerina Agung dari Rusia.
Semalam saya berkumpul dengan para Mahasiswi yang berasal dari ujung barat Indonesia Atjeh (Aceh). Jauhnya jarak Aceh ke Universitas Teknologi Sumbawa tak menyurutkan langkah mereka untuk belajar, ketangguhan Cut Nyak Dien dan Laksamana Malahayati nampak jelas terwarisi pada generasi milineal Atjeh ini. Semoga Spirit dan Cermin keteladan Wanita Atjeh yang tangguh terus mereka pegang hingga kelak dapat berkarya saat kembali ke Serambi Mekah Atjeh Darussalam.
Setelah Portugis, Aceh harus menghadapi upaya invasi dari Belanda. Setelah armada pimpinan Cornelis de Houtman berhasil dikalahkan oleh Malahayati, giliran pasukan Paulus van Caerden yang mencoba menerobos perairan Aceh pada tahun 1600. Mereka menjarah dan menenggalamkan kapal bermuatan rempah, membuat raja Aceh naik pitam. Perlawanan sengit dari armada Malahayati dan ancaman Spanyol membuat Belanda menyerah. Penguasa negeri kincir, Maurits van Oranje mengirim utusan diplomatik beserta surat permintaan maaf kepada Kerajaan Aceh. Kedua utusan tersebut ditemui oleh Malahayati sendiri dan berbuah kesepakatan gencatan senjata. Belanda setuju membayar 50 ribu gulden sebagai kompensasi atas tindakan Paulus van Caerden, sementara Malahayati membebaskan sejumlah tahanan Belanda yang ditawan pasukannya. Reputasi Malahayati yang tak kenal ampun membuat Inggris yang hendak melalui Kerajaan Aceh jadi ciut. Ratu Elizabeth, penguasa Inggris kala itu memilih untuk mengutus James Lancaster disertai surat permintaan izin kepada Sultan Aceh untuk membuka jalur pelayaran menuju Jawa. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1602.
Malahayati gugur dalam pertempuran melawan armada Portugis yang kala itu dipimpin oleh Alfonso de Castro Juni 1606. Jasadnya dimakamkan di Gampong Lamreh, Krueng Raya, Kecamatan Masjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Kehebatan Malahayati di lautan membuat namanya dikenal di negara-negara lain. Selain Belanda, Portugis, dan Inggris yang ketakutan dibuatnya, nama Malahayati juga terdengar sampai ke negeri Tiongkok. Sejumlah sejarawan menjajarkan namanya dengan Katerina Agung dari Rusia.
Semalam saya berkumpul dengan para Mahasiswi yang berasal dari ujung barat Indonesia Atjeh (Aceh). Jauhnya jarak Aceh ke Universitas Teknologi Sumbawa tak menyurutkan langkah mereka untuk belajar, ketangguhan Cut Nyak Dien dan Laksamana Malahayati nampak jelas terwarisi pada generasi milineal Atjeh ini. Semoga Spirit dan Cermin keteladan Wanita Atjeh yang tangguh terus mereka pegang hingga kelak dapat berkarya saat kembali ke Serambi Mekah Atjeh Darussalam.
19072018
10:37 Lantai 1 Gedung Mandiri UTS
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
www.iwan-wahyudi.com
Foto : Mahasiswi Aceh di Asrama Mahasiswa UTS
0 komentar: