Pena Iwan
VISI PERJUANGAN TAK BOLEH HILANG
Pernahkah kita berpikir mengapa
Soekarno, Moh. Hatta, Muhammad Natsir, Buya Hamka, Nelson Mandela, Mahathma
Gandhi sampai sekarang menjadi tokoh yang melegenda ? iya, karena mereka selain
memiliki kapasitas personal juga memiliki visi yang melegenda. Visi yang
melintasi jaman generasinya dan itu adalah akumulasi harapan dan keinginan
rakyat dan fitrah dasar kemanusiaan secara umum.
Visi anti kolonialisme asing (berdiri
dibawah kaki sendiri) Soekarno, Ekonomi kerakyatan koperasi ala Moh. Hatta,
Politik Islam ala Mohammad Natsir, Keteguhan berislam ala Buya Hamka,
Kesetaraan ras warna kulit Nelson Mandela, perlawanan tanpa kekerasan versi
Mahathma Gandhi adalah visi-visi yang melegenda dan masih menjadi hal yang
layak diperjuangkan hari ini bahkan esok. Disisi lain mereka memiliki kemampuan
personal yang menjadi ciri khas karakter masing-masing. Karakter orator dan
agitator, keuletan dan administrator, kesantunan, keteguhan pendirian, berani
melawan arus besar yang menyimpang merupakan senyawa lain yang kemudian
menemukan reaksi kimia perjuangan yang menggerakkan.
Arus sejarah kemudian mencatatan
langkah mereka dari sebuah gerakan personal yang merupakan karakter pribadi
menjadi gerakan massal dan gerakan massif yang melintasi teritorial dimana
mereka berpijak dan melintasi jaman mereka. Pribadi dan arus yang mereka bangun
tak sedikitpun mengubah pendirian walaupun ada sekat organisasi atau partai
dimana mereka berkiprah. Mereka menyadari harus berdiri diatas semua golongan apapun,
karena mereka bukan hanya milik personal, keluarga atau kelompoknya saja tapi
telah menjadi miliki semua komponen bangsa bahkan warga dunia. Inilah alasan
kenapa masyarakat layak menyematkan label negarwan pada mereka.
Apa kunci sehingga mereka bisa seperti
itu : Pertama, TAU. Mereka tau persis
dan meyakini benar apa yang mereka perjuangkan dan memang layak diperjuangkan
oleh siapapun. Mereka sadar tak mungkin menegakkan benang basah sehingga tak
ada kata surut dalam memperjuangkannya. Kedua,
PAHAM. Mereka memahami peta jalan perjuangannya, komponen apa saja yang
diperlukan, tantangan dan hambatan serta alternatif-alternatif menuju garis
finish perjuangan. Tidak hanya bermodal slogan yang wah atau narasi melangit
yang tak dapat diaplikasikan oleh penduduk bumi. Ketiga, AMAL. Keyakinan dan kepahaman itu kemudian mereka rajut
sedikit demi sedikit, dari sendiri kemudian bersama, dari sunyi hingga mengharu
biru dalam ruang bernama aksi, dalam langkah bernama kerja dan dalam aktivitas
bernama amal. Keempat, ISTIQOMAH. Komitmen,
konsisten serta ikhlas adalah ruh yang senantiasa mereka lekatkan dalam tiap
tahapan perjuangan dan gerakan. Hingga ajal menjemput mereka masih gigih dan
menggenggam erat cita-cita perjuangan yang dilandasi oleh keyakinan akan
kebenaran tersebut.
Seperti
itulah hendaknya kita hidup, baik sebagai pribadi maupun berorganisasi. Dalam
konteks kecil maupun luas seperti Negara sekalipun. Setiap visi harus terus
diperjuangkan karena ia akan menjadi penunjuk jalan dan setiap semangat harus
selalu dinyalakan karena itu adalah api yang senantiasa membakar kala lelah
meredupkan langkah, saat peluh membuat runtuh dan waktu penat menjadikan
gerakan terhambat.
06012019 08:12 GOR Leseng
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#reHATIwan
@iwanwahyudi1
www.iwan-wahyudi1
0 komentar: