KEMERDEKAAN YANG BELUM MEMERDEKAKAN

06.41.00 Iwan Wahyudi 0 Comments


Sejauh mata memandang, sebanyak itulah lambaian sang merah putih berkibar. Gegap gempita anak sekolah mengatur barisan dan memakai separuh jalan disetiap pagi dan petang hingga pelosok desa tiada henti. Karnaval berbagai corak suku dan budaya yang menaungi nusantara menyentuh kebanggaan kita sebagai anak bangsa, riuh penduduk bersorak disetiap lomba membawa harapan tidak seharusnya senyum mereka terhenti sampai hari itu saja. Begitulah lembaran-lembaran indah yang senantiasa terulang disetiap tahun pada bulan agustus. Dibulan tersebut bangsa ini telah memerdekakan tanah airnya selama 62 tahun dari belenggu penjajahan bangsa asing.
            Dimasa penjajahan hampir setiap lembar kehidupan bangsa ini terbelenggu oleh bangsa asing. Kebodohan seakan menjadi hak bangsa ini, pendidikan hanya milik orang –orang kaya dan masyarakat kelas atas, kemiskinan adalah potret setiap bangsa terjajah, kelaparan menjadi certia yang memilukan ditambah dengan kerja paksa diluar nilai kemanusiaan. Kekayaan bangsa dan kesuburan tanah air dirampas secara sewenang-wenang dan dieksploitasi oleh bangsa penjajah untuk memenuhi kebutuhan kapital perang dunia saat itu yang menjadi tempat show of force negara-negara penjajah. Cerita pilu juga menimpa para perempuan bangsa ini, mereka dieksploitasi secara paksa untuk memenuhi kebutuhan nafsu para serdadu-serdadu asing.
            Hidup menjadi negara terjajah sangat menyedihkan, seakan derita adalah warna pahit yang harus ditelan atau terpaksa diterima dan sangat mustahil memikirkan bahkan untuk sekedar berangan menikmati kebahagiaan. Setiap hirupan nafas bangsa terjajah tidak lebih hanya sekedar kehidupan sebagai budak bangsa asing.
            Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, bangsa yang telah menikmati pahitnya penjajahan selama 3,5 abad ini akhirnya dapat memproklamirkan kemerdekaannya, memperoleh kembali fitrahnya sebagai manusia sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh pencipta-Nya. Keberhasilan bangsa ini memperoleh kembali fitrah kemanusiaannya bukan secepat dan semudah membalikkan telapak tangan serta pengorbanan yang tak sedikit seperti bangsa lainnya  dimerdekakan oleh bangsa yang mereggut kemerdekannya karena mereka terpaksa akibat bersama sekutunya kalah dalam arena perang dunia seperti Malaysia, Brunai Darussalam dan Papua Nugini.
            Kemerdekaan bangsa ini adalah buah dari perjuangan panjang anak bangsa disegenap lini kehidupan kebangsaan. Kaum terpelajar melakukan gerakan intelektual didalam dan luar egeri. Para tentara dan petani melakukan gerilya yang sangat heroik. Para raja dan sultan yang menghidupi nusantara mengobarkan perlawanan dan jihad melawan bangsa asing yang mengoyak-ngoyak tanah nenek moyang. Anugerah kemerdekaan bangsa ini adalah karya terbesar anak bangsa yang dibayar dengan harga sangat mahal dan tak bisa ditebus oleh siapapun.
            Untuk membersihkan puing-puing pejajahan dan mendirikan kembali tonggak-tongak kebangsaan para founding father bangsa ini berusaha merumuskan dan melahirkan konstitusi yang berpihak kepada rakyat sebagai pemilik sah republik ini. Mengedepankan kesejahteraan anak bangsa yang telah banyak memberikan saham bagi proklamasi kemerdekann negeri kepulauan terbesar didunia ini.
            Sekarang 62 tahun sudah indonesia diproklamasikan, sebanyak itu pula kemeriahan untuk menyambut dan memperingati hari bersejarah itu. Hakekat dari kemerdekaan adalah kita terbebas dari belenggu penjajahan apapun dan oleh siapapun yang merenggut hak dan fitrah kita sebagai manusia ciptaan Allah SWT.
            62 tahun kita lepas dari penjajah yang membiarkan bangsa ini bodoh dan tidak menyecap pendidikan kecuali untuk segelintir orang yang dekat dan bisa dimanfaatkan untuk kaki tangan penjajah. Masih segar dalam ingatan kita banyak orang tua siswa yang mengeluh dan terpaksa bahkan tidak mampu meneruskan sekolah anaknya karena pungutan sampai jutaan rupiah untuk mendaftar ulang dengan dalih telah dispakati dengan komite sekolah. Perguruan tinggi terancam komersialisasi dan biaya tinggi dengan konsep Badan Hukum Pendidikan. Realisasi 20% APBN dan APBD sesuai dengan amanah konstitusi tertinggi UUD 1945 untuk dunia pendidikan masih harus kita pendam dalam-dalam sebagai sebuah angan. Kesejahteraan guru dan tenaga pendidik seakan dianak tirikan padahal pendiri bangsa ini sadar bahwa pendidikan adalah kunci kemajuan dan masa depan bangsa ini. Oleh karenanya dalam pembukaan UUD 1945 dicantumka salah satu tujuan bangsa ini hadir dimuka bumi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Malaysia negeri jiran yang dulu mengimpor tenaga guru dan dosen dari Indoneia kini memiliki standar rata-rata pendidikan yang jauh lebih tinggi dari Indonesia. Sekitar 70% anak bangsa berpendidikan pada tingkatan Sekolah Dasar, sementara itu Malaysia saat ini 80% pendidikan mereka pada tingkatan SMU. Jepang yang porak poranda tinggal puing akibat bom atom sekarang menjadi bangsa yang terkemuka di Asia karena mendudukan pendidikan pada prioritas utama pembangunan.
            62 tahun bangsa ini memproklamasikan kemerdekaan dari penjajah yang menguras kekayaan bangsa Indonesia. Negeri ini banyak disanjung kerena kekayaan alamnya baik yang nampak dipermukaan maupun yang terkandung didalam perut buminya. Tidak berlebihan jika ada yang mengatakan Indonesia adalah serpihan-serpihan surga didunia. Dari Aceh hingga Papua berdiri megah perusahaan-perusahaan besar pertambangan asing yang mengeksploitasi kandungan mineral dengan dalih tanah, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnnya harus di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Dibumi cendrawasih Papua Freeport mengeruk kepingan pulau paling timur di Indonesia yang mengandung 2,5 miliar biji emas sejak April 1967. Selain itu ada PT Newmont Nusa Tenggara dan PT Newmont Minahasa Raya, Exxon Mobile sebagai penyetor APBN untuk kesejahteraan rakyat. Tetapi tidak seindah perkiraan kita. Dalam kontrak karya generasi ke dua tahun 2003 yang berlaku selama 35 tahun Freeport yang merupakan anak perusahaan Amerika hanya memberikan royalti sebesar 9% bagi bangsa Indonesia. Freeport ikut berkontribusi menghasilkan 3,2 miliar ton limbah tailing yang merusak hutan, danau, sungai dan kawasan tropis seluas 11 mil persegi ditanah Papua. PT Newmont Minahasa Raya membuang tailingnya ketengah laut yang merusak ekosistem laut dan ikan dengan racun merkuri dan arsen hingga tangkapan nelayan menurun sampai 80% dan nelayan terjangkit penyakit kulit. Sebenarnya dengan melimpahnya hasil tambang tersebut setidaknya dapat meningkatkan taraf hidup penduduk disekitarnya tapi hal itu hanya mimpi. Papua yang memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar ketiga di Indonesia namun angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) urutan ke 29 di Indonesia. Begitu pula NTB dimana bercokol PT Newmont Nusa Tenggara IPMnya hanya berada dalam urutan ke 2 dari bawah. Bahkan Timika menjadi kota dengan penderita HIV/AIDS terbanyak di Indonesia. Kontrak exxon mobil yang pada awalnya selesai 2010 namun diperpanjang dengan intervensi Amerika untuk menguras 700 juta barel minyak tanah hingga 2030. Exxon ketika pertama kali menambang gas di lhok dukon, Arun dan Pasee mengantongi trilyunan dollar tapi masyarakat aceh tetap miskin.
            62 tahun kita terbebas dari penjajah yang pernah menodai wanita-wanita Indonesia. Lebih dari dua ratus perempuan Indonesia dimasa penjajahan jePang dari tahun 1942-1945 dijadian budak pelampias nafsu seks (jugu ianfu) tentara penjajah. Angka eksploitasi perempuan untuk pemuasan nafsu dengan dipekerjakan sebagai pelacur kian hari semakin meningkat bahkan melibatkan anak dibawah umur sebagai korbannya. Menurut salah satu media Singapura di Batam terdapat 7000 pelacur yang 40% diantaranya (2.800 orang) dibawah umur. Komnas Anak sendiri mengakui bahwa di Jakarta 1,5 juta anak dibawah umur 18 tahun bekerja disektor rumah tangga, industri dan pelacuran. Menurut Deparemen Sosial di Jakarta pelacur anak berusia 15-18 tahun sebanyak 60 % (42.796 orang anak) dari 71.281 pelacur yang diketahui. Di tempat lain 23% TKW Indonesia di Hongkong jadi pelacur yang dipasok dari Garut, Kuningan, Indramayu, Bali, Pekanbaru, Kupang, Samarinda, Ambon, Jakarta, Situbondo, Banyuwangi, Medan, Lampung, Pontianak dan Singkawang. Saat ini akibat kebebasan pers diperkirakan ada 200-an situs porno lokal buatan Indonesia, baik isi tampilan maupun pengelolanya. Dari sekitar 829 media cetak diseluruh Indonesia 10 % atau 82  diantaranya termasuk media cetak (koran, tabloid, majalah) dewasa syur yang menampilkan foto syur perempuan, model lelaki panggilan, konsultasi seks vulgar, iklan layanan seks via telepon ditambah operator dengan gambar mesum, artikel liputan tempat maksiat dan wawancara artis yang sangat permisif.
Kekayaan bangsa Indonesia yang melimpah ruah, adalah sebuah bertanda bangsa ini tidak dilahirkan untuk menjadi bangsa yang miskin dan terbelakang. Mentalitas para pengelola negara ini yang mengakibatkan bangsa ini masih bersahabat dengan penderitaan. Korupsi seakan menjadi bahaya laten bagi bangsa ini, karena virus korupsi terus menggerogori semua relung kebangsaan. Bejatnya mentalitas pengelola bangsa ini dapat dilihat Selama kurun waktu 1997-2004 telah ditemukan sebanyak 8.817 temuan/kasus yang mengindikasikan  adanya korupsi di Depdikbud/Depdiknas dalam bentuk uang yang  jumlah nominalnya cukup besar, Korupsi ditubuh Pertamina Rp.6 triliun/ tahun, Subsidi konglomerat hitam dan bank-bank rekap besar  sebesar 41 Triliun/ Tahun, Korupsi oleh birokrasi di Indonesia Rp.163 Triliun /tahun, Kekayaan hutan dan laut Indonesia yang dikuras bandit Negara Rp.137 triliun /Tahun. 200 pejabat BUMN dari 158 BUMN yang dimiliki bangsa ini sedang diperiksa dalam dugaan kasus korupsi.
Kejayaan kerajaan dan kesultanan yang menaungi bangsa ini adalah sebuah warisan sejarah yang menunjukan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar, memiliki martabat dan izzah dihadapan bangsa-bangsa lain. Bangsa Indonesia dalam usianya yang 62 tahun masih belum dapat berdiri tegak dengan jati dirinya sendiri.  Salah satu faktor bahwa bangsa ini mudah diintervensi adalah utang luar negeri yang berhasil dikumpulkan dan akan diwariskan pada anak dan cucu bangsa ini. Utang orde lama US$ 2 milyar, pada masa orde baru menggelembung menjadi US$ 150 milyar pada masa Abdurrahman Wahid dan Megawati akumulasi utang menjadi US$ 262 milyar lebih.

Saatnya Merdeka
            Waktu lebih dari setengah abad adalah potongan masa yang tidak bisa dianggap sebentar. Banyak negeri-negeri lain yang menaungi bumi ini dapat bangkit dan menunjukkan jati dirinya kurang dari tempo setengah abad. Usia 62 tahun bukan berarti kita harus lebih bangga karena lebih awal dapat membebaskan diri dari belenggu penjajahan yang tidak berperikemanusiaan dibanding bangsa-bangsa lain yang baru bebarapa waktu yang lalu merdeka. Segenap anak bangsa terlebih para pemimpin harus menyadari bahwa kemerdekaan bukan sekedar meriahnya sebuah peringatan, gegap gempita dan riuh nasionalisme sesaat dibulan Agustus, tapi sejauhmana kemerdekaan itu dapat dihadirkan dan dirasakan oleh segenap bangsa Indonesia diseluruh sudut-sudut lini kehidupan berbangsa. Oleh karenanya ada sebuah pertanyaan yang sederhana sudahkah rakyat Indonesia medeka dari kebodohan, kedzoliman, kemiskinan, intervensi asing dan korupsi?. Kalau pembaca sepakat kita harus menjawabnya SAATNYA KITA MERDEKA.

Markas 029 Mataram, 17 Agustus 2007
Iwan Wahyudi *
(Ketua KAMMI Daerah NTB 2006-2008)




Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!

You Might Also Like

0 komentar: