Goresan Pena,
Hampir setiap hari kita dihadapkan dengan hidangan. Kadang ia adalah hidangan yang biasa saja, sekali-kali hidangan yang istimewa. Istimewa yang memberikan, istimewa harganya atau istimewa rasanya.
Nimatnya sebuah hidangan sesungguhnya adalah ketika ia masuk kedalam mulut kemudian indera pengecap bernama lidah merasakan nikmatnya seraya hati berucap rasa syukur. Tak jarang kita merasakan nikmatnya hidangan dilidah tapi sering alfa mengiringinya dengan rasa syukur. Saat kita berbuka puasa atau menikmati hidangan ketika rasa lapar yang sangat, ungkapan rasa syukur itu baru khusyu hadir dalam diri kita, disitulah kita sesungguhnya mendapatkan nikmatnya sebuah hidangan dengan sempurna.
Kesyukuran akan nikmatnya hidangan itu lahir dari makanan yang disuguhkan setidaknya bila memenuhi dua hal : Pertama, Hidangan tersebut diperoleh dari jalan yang tidak melanggar aturan, baik aturan agama, hukum dan norma lainnya. Betapa hambar dan jauh dari rasa nikmat ketika kita menikmati hidangan dalam bayang-bayang rasa takut. Kedua, Hidangan yang nikmat itu harus baik. Baik bahan dasar yang menyusunnya sehingga tidak menimbulkan penyakit atau berbahaya bagi si penyantap, baik juga dalam artian indah ketika dipandang mata sehingga membangkitkan selera.
Syukur adalah kunci menggapai nikmat yang sesungguhnya dari santapan sebuah hidangan.
Kampus Baru IAIN Mataram, 02 Juni 2015
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.com
Nikmat Sesungguhnya Sebuah Hidangan
Hampir setiap hari kita dihadapkan dengan hidangan. Kadang ia adalah hidangan yang biasa saja, sekali-kali hidangan yang istimewa. Istimewa yang memberikan, istimewa harganya atau istimewa rasanya.
Nimatnya sebuah hidangan sesungguhnya adalah ketika ia masuk kedalam mulut kemudian indera pengecap bernama lidah merasakan nikmatnya seraya hati berucap rasa syukur. Tak jarang kita merasakan nikmatnya hidangan dilidah tapi sering alfa mengiringinya dengan rasa syukur. Saat kita berbuka puasa atau menikmati hidangan ketika rasa lapar yang sangat, ungkapan rasa syukur itu baru khusyu hadir dalam diri kita, disitulah kita sesungguhnya mendapatkan nikmatnya sebuah hidangan dengan sempurna.
Kesyukuran akan nikmatnya hidangan itu lahir dari makanan yang disuguhkan setidaknya bila memenuhi dua hal : Pertama, Hidangan tersebut diperoleh dari jalan yang tidak melanggar aturan, baik aturan agama, hukum dan norma lainnya. Betapa hambar dan jauh dari rasa nikmat ketika kita menikmati hidangan dalam bayang-bayang rasa takut. Kedua, Hidangan yang nikmat itu harus baik. Baik bahan dasar yang menyusunnya sehingga tidak menimbulkan penyakit atau berbahaya bagi si penyantap, baik juga dalam artian indah ketika dipandang mata sehingga membangkitkan selera.
Syukur adalah kunci menggapai nikmat yang sesungguhnya dari santapan sebuah hidangan.
Kampus Baru IAIN Mataram, 02 Juni 2015
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.com
0 komentar: