Kabar NTB
Hidayatullah.com–Pulau Lombok dijuluki
sebagai pulau seribu masjid. Di Pulau ini, bisa ditemukan masjid di
setiap dusun bahkan setiap RT atau gubug (Kampung). Bahkan masjid bisa
berjumlah 2 (dua) masjid untuk 1 (satu) wilayah mukim, sehingga untuk
shalat Jum’at biasanya digilir penggunaan masjidnya.
Madrasah hampir berada di setiap desa, baik yang menyediakan asrama pemondokan atau hanya sekedar untuk sekolah.
Tradisi keislaman sangat kental di pulau yang terkenal juga dengan wisata pantainya ini. Salah satunya adalah lebaran topat (ketupat).
Dinamakan Lebaran topat karena tidak lain perayaan tersebut melibatkan makanan ketupat. Lebaran topat ini sebenarnya tradisi Suku Sasak yang dilakukan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Setelah Lebaran orang-orang Sasak biasanya melakukan puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Tetapi saat ini jarang yang melakukan puasa sunah, tetapi hanya Lebaran topat saja yang masih lestari.
Tradisi Lebaran topat dilakukan secara serentak dengan cara melakukan pesiar atau mengunjungi tempat-tempat wisata di Lombok beramai-ramai dengan membawa bekal makanan dari ketupat.
Lebaran topat diadakan persis 6 hari setelah ‘idul fitri. Menurut salah seorang tokoh Sasak Lalu Agus Fathurrahman, lebaran topat dulunya hanyalah lebaran bagi yang menjalankan ibadah puasa Syawal 6 hari, setelah itu baru diadakan lebaran topat.
“Tapi kini maknanya sudah bergeser, malah lebih cenderung dijadikan hari rekreasi, lihat saja Senggi, Batu Layar, dan tempat sante (rekreasi) penuh,” tambahnya.
Di hari lebaran topat, khususnya di wilayah Lombok bagian tengah dan barat diadakan roah (tahlilan) di pagi harinya yang semua menu makanannya dari ketupat dengan sayur yang bervariasi, mulai dari olah-olah, pelalah, urap-urap, pelecing, pecel, sampai pelecing ayam kampung.
Ibnu Anhar, seorang dai di NTB juga mengatakan, tradisi seperti ini sudah turun temurun, roah menjadi kebiasaan orang Islam di Lombok.
“Beli motor baru mesti diroahkan, punya rumah baru, anak mau pergi sekolah ke tempat yang jauh, apalagi di hari-hari peringatan maulid Nabi, isra’, nuzulul qur’an,” ujarnya.
Bahkan masih banyak yang mengganggap roah di peringatan hari Islam itu seperti kewajiban sehingga mereka kadang mencari hutangan.
Menurut Ibnu Anhar, dakwah bil hikmah mesti dilakukan agar mereka membedakan mana syariat mana kebiasaan,” jelasnya.
Lebaran topat di Lombok dilaksanakan pada Kamis (15/08/2013). Bisa diperkirakan akan terjadi macet di jalan-jalan yang menuju ke arah tempat-tempat rekreasi dan makam-makam yang dianggap keramat.
Berisi Ajaran Islam
Sementara itu, Gubernur NTB, Dr. TGH M. Zainul Majdi, MA, menyatakan bahwa kegiatan di lebaran topat berisi silaturrahim ke keluarga. Soal adanya berbagi makanan, saling memaafkan semuanya itu dinilai ajaran Islam.
“Lebaran topat sesungguhnya satu bentuk tasyakkur umat Islam di Lombok atas selesainya rangkaian shaum , Ramadhan sebulan penuh dilanjutkan enam hari di bulan Syawal. Bertasyakkur atas nikmat selesainya rangkaian shaum tentu sangat baik, sepanjang tidak berlebihan, apalagi dengan melanggar ajaran akhlak Islam. Berbagi makanan, bersilaturahim, bermaaf-maafan, yang semuanya terangkum dalam acara lebaran topat adalah bagian dari ajaran Islam,” jelas alumni Al Azhar Mesir ini.*/Zulkipli, Lombok
Sumber :http://www.hidayatullah.com/feature/kisah-perjalanan/read/2013/08/14/5863/lebaran-topat-lebaran-puasa-syawal-di-lombok.html#.U93iW0CwF6g
Lebaran Topat, Lebaran Puasa Syawal di Lombok
Madrasah hampir berada di setiap desa, baik yang menyediakan asrama pemondokan atau hanya sekedar untuk sekolah.
Tradisi keislaman sangat kental di pulau yang terkenal juga dengan wisata pantainya ini. Salah satunya adalah lebaran topat (ketupat).
Dinamakan Lebaran topat karena tidak lain perayaan tersebut melibatkan makanan ketupat. Lebaran topat ini sebenarnya tradisi Suku Sasak yang dilakukan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Setelah Lebaran orang-orang Sasak biasanya melakukan puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Tetapi saat ini jarang yang melakukan puasa sunah, tetapi hanya Lebaran topat saja yang masih lestari.
Tradisi Lebaran topat dilakukan secara serentak dengan cara melakukan pesiar atau mengunjungi tempat-tempat wisata di Lombok beramai-ramai dengan membawa bekal makanan dari ketupat.
Lebaran topat diadakan persis 6 hari setelah ‘idul fitri. Menurut salah seorang tokoh Sasak Lalu Agus Fathurrahman, lebaran topat dulunya hanyalah lebaran bagi yang menjalankan ibadah puasa Syawal 6 hari, setelah itu baru diadakan lebaran topat.
“Tapi kini maknanya sudah bergeser, malah lebih cenderung dijadikan hari rekreasi, lihat saja Senggi, Batu Layar, dan tempat sante (rekreasi) penuh,” tambahnya.
Di hari lebaran topat, khususnya di wilayah Lombok bagian tengah dan barat diadakan roah (tahlilan) di pagi harinya yang semua menu makanannya dari ketupat dengan sayur yang bervariasi, mulai dari olah-olah, pelalah, urap-urap, pelecing, pecel, sampai pelecing ayam kampung.
Ibnu Anhar, seorang dai di NTB juga mengatakan, tradisi seperti ini sudah turun temurun, roah menjadi kebiasaan orang Islam di Lombok.
“Beli motor baru mesti diroahkan, punya rumah baru, anak mau pergi sekolah ke tempat yang jauh, apalagi di hari-hari peringatan maulid Nabi, isra’, nuzulul qur’an,” ujarnya.
Bahkan masih banyak yang mengganggap roah di peringatan hari Islam itu seperti kewajiban sehingga mereka kadang mencari hutangan.
Menurut Ibnu Anhar, dakwah bil hikmah mesti dilakukan agar mereka membedakan mana syariat mana kebiasaan,” jelasnya.
Lebaran topat di Lombok dilaksanakan pada Kamis (15/08/2013). Bisa diperkirakan akan terjadi macet di jalan-jalan yang menuju ke arah tempat-tempat rekreasi dan makam-makam yang dianggap keramat.
Berisi Ajaran Islam
Sementara itu, Gubernur NTB, Dr. TGH M. Zainul Majdi, MA, menyatakan bahwa kegiatan di lebaran topat berisi silaturrahim ke keluarga. Soal adanya berbagi makanan, saling memaafkan semuanya itu dinilai ajaran Islam.
“Lebaran topat sesungguhnya satu bentuk tasyakkur umat Islam di Lombok atas selesainya rangkaian shaum , Ramadhan sebulan penuh dilanjutkan enam hari di bulan Syawal. Bertasyakkur atas nikmat selesainya rangkaian shaum tentu sangat baik, sepanjang tidak berlebihan, apalagi dengan melanggar ajaran akhlak Islam. Berbagi makanan, bersilaturahim, bermaaf-maafan, yang semuanya terangkum dalam acara lebaran topat adalah bagian dari ajaran Islam,” jelas alumni Al Azhar Mesir ini.*/Zulkipli, Lombok
Sumber :http://www.hidayatullah.com/feature/kisah-perjalanan/read/2013/08/14/5863/lebaran-topat-lebaran-puasa-syawal-di-lombok.html#.U93iW0CwF6g
0 komentar: