Kabar NTB
Gubernur NTB Tegur Membaca Al-Qur'an dengan Langgem Sasak Tak Sesuai Syar’i
MATARAM, Pos Bali – Langgem Sasak yang
dibacakan oleh Ust.Safriyanto pada peluncuran buku Mudjitahid mendapat
kritikan dari Gubernur NTB TGH. Zainul Majdi, MA. Pembacaan langgem
tersebut tidak sesuai dengan tata cara membaca Al-Quran sehingga
menyimpang dari aturan agama.
“Saya rasa qori yang membaca Al-quran
tadi sudah menyesuaikan dengan tajwid, saya sangat mengapresiasi. Namun
saat pembacaan langgem tadi setidaknya saya menemukan ada 10 tajwid
yang salah, jadi harus lebih diperhatikan. Selain itu janganlah kita
membaca Al-Quran yang tidak sesuai dengan tata cara membaca yang
disyari’atkan,” ungkap Gubernur NTB TGH.Zainul Majdi, MA, di Mataram,
Sabtu (13/6).
Menanggapi hal tersebut, Ust.Sufriyanto membantah langgem sasak yang ia bacakan tidak sesuai syar’i.
“Langgem sasak ini sudah lama ada di
Lombok sejak nenek moyang kita, bukan hanya langgem jawa saja. Namun
orang dulu belum begitu memahami tajwid. Kalau sekarang pembacaan
langgem ya kita sesuaikan dengan tajwid agar tidak salah. Pembacaan
langgem ini akan terus kita lakukan dan akan dilestarikan,” kata Ust.
Safriyanto.
Langgem sasak memiliki dasar dari
hadist Nabi yang menyuruh umat untuk membaca Al-Quran dengan
hiasan-hiasan yang indah namun tidak melupakan tajwid. Ust.Sufriyanto
menyatakan banyaknya ulama yang membaca langgem dengan berbagai jenis
namun tetap diperbolehkan.
Langgem adalah salah satu cara umat
islam menyebarkan agama islam di Pulau Jawa pada zaman dahulu, namun
hingga saaat ini langgem jawa tetap dilestarikan sehingga menginspirasi
beberapa pemangku agama suku Sasak untuk melestarikan pembacaan langgem
dengan adat Sasak.
Sedangkan Ketua MUI NTB, Prof.Saiful
Muslim, mengemukakan akan mengkaji laggem sasak tersebut. “Ini kan agama
dan budaya, sulit untuk langsung berkomentar, mudah-mudahan semua
berjalan dengan baik, apalagi Al-Quran ini bukan lagu-lagu. Ia sudah
punya tata caa membacanya sendiri. Tapi kan ini budaya. Pokoknya nanti
akan kita kaji lagi,” katanya. iga
0 komentar: