Kiprah Bang Iwan,
Pertemuan perdana berakhir disitu dengan kekejutan yang melanda saya. Sebelum berpisah kami sempat bertukar nomor kontak, berfoto bersama dan saya berjanji untuk silaturahim mengunjungi tempat mereka berdua.
Menjawab kekejutan saya kemudian saya mencari informasi tentang wanita ini. Ia memiliki sebuah lembaga dan kesehariannya disibukkan dengan berbagai jadwal mendidik, diantaranya untuk lansia 2 pekan sekali, distabilitas tiap sabtu dan ahad, PAUD dan SMP dari senin sampai rabu.
Saat launching lembaganya dikantor desa setempat pada 20 mei 2011 murud yang mendaftar mencapai 230 orang. Nah anda bisa bayangkan sudah berapa ribu alumni lembaga dan kegiatan pendidikan non formal yang wanita ini lakukan. Cahaya ilmu yang ditebar wanita berjilbab ini menerangi kegelapan pengetahuan pada muridnya.
Aktivitas menebar “cahaya” wanita ini sudah sejak SMA digeluti, tepatnya saat kelas 2 ia sudah punya sekolah gratis dibwah paying Yayasan Al-Fitrah. Hal itu ia lakukan ditengah kesibukan belajar sebagaimana siswa lainnya ditambah berbagai ekstrakulikuler yang dipilihnya sperti OSIS dan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Setelah pendidikan umum SMP dan SMA, ia melanjutkan studi ke UNS di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan selesai dalam waktu 3,5 tahun (padahal ia juga aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan seperti BEM Universitas, BEM Fakultas dan KAMMI Daerah Yogyakarta).
Tak puas dengan gelar sarjana S1, ia melanjutkan pendidikan Strata 2 Pengembangan Masyarakat dalam tempo 1,5 tahun di Alamamaternya UNS. Ia juga aktif di LPPM dan menjadi Asisten Dosen.
Wanita yang suka menulis ini juga sedikitnya telah menerbitkan 2 buku buah penanya : Buku Mutiara Kisah dan Buku Jangan Menjadi Perempuan Cengeng. Ia sedikit banyak terinspirasi dari buku The Power of Kepepet.
Aktivitas social dan menebar cahaya melalui pendidikan ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, hal itu dapat dilihat dari berbagai penghargaan yang disimpan dirak lemari kediamannya yang bersahaja seperti Kick Andy Hero's 2014, penghargaan Tupperware Se Can, Penghargaan dari Menteri Agama RI
Srikandi pemberi cahaya dalam kegelapannya ini adalah Fitri Nugrahaningrum seorang perempuan normal. Namun dunianya mulai berubah sejak ia menderita gangguan penglihatan sehingga menyebabkan kebutaan (simouns jhonsen) pada usia 12 tahun saat dirinya duduk di bangku kelas VI SD, pendiri lembaga dan taman pendidikan nonformal SAMARA (satelit masa depan negara) Kediri lombok barat, ia juga diamanahkan sebagai Ketua PERTUNI (Perhimpunan Tuna netra Indonesia) Provinsi NTB.
Ujung Pena Cordova 03
08.15 21/12/2016
Inspiration Wednesday
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.net
Sang Srikandi Yang Memberi Cahaya Dalam Kegelapannya
Menjelang siang usai sebuah acara, saya mendekati dua sejoli yang sedang duduk berdampingan kemudian menyapanya “ Assalamu’alaikum mas dan mbak, Saya Iwan mau memberikan buku saya boleh?”. “ oooh…boleh, terima kasih” jawab mereka hampir bersamaan. Kemudian si wanita melanjutkan jawaban dengan senyum khasnya ‘ oh… mas Iwan ini penulis juga toh, wah saya kangen juga nulis-nulis, saya juga lagi nulis buku loh”. Saya kaget 180 derajat mendengarnya, seketika tidak nyambung antara nalar otak dan pemandangan yang ada dihadapan saya (Kenapa? jawabnya ada di akhir tulisan ini).Pertemuan perdana berakhir disitu dengan kekejutan yang melanda saya. Sebelum berpisah kami sempat bertukar nomor kontak, berfoto bersama dan saya berjanji untuk silaturahim mengunjungi tempat mereka berdua.
Menjawab kekejutan saya kemudian saya mencari informasi tentang wanita ini. Ia memiliki sebuah lembaga dan kesehariannya disibukkan dengan berbagai jadwal mendidik, diantaranya untuk lansia 2 pekan sekali, distabilitas tiap sabtu dan ahad, PAUD dan SMP dari senin sampai rabu.
Saat launching lembaganya dikantor desa setempat pada 20 mei 2011 murud yang mendaftar mencapai 230 orang. Nah anda bisa bayangkan sudah berapa ribu alumni lembaga dan kegiatan pendidikan non formal yang wanita ini lakukan. Cahaya ilmu yang ditebar wanita berjilbab ini menerangi kegelapan pengetahuan pada muridnya.
Aktivitas menebar “cahaya” wanita ini sudah sejak SMA digeluti, tepatnya saat kelas 2 ia sudah punya sekolah gratis dibwah paying Yayasan Al-Fitrah. Hal itu ia lakukan ditengah kesibukan belajar sebagaimana siswa lainnya ditambah berbagai ekstrakulikuler yang dipilihnya sperti OSIS dan Kelompok Ilmiah Remaja (KIR). Setelah pendidikan umum SMP dan SMA, ia melanjutkan studi ke UNS di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan selesai dalam waktu 3,5 tahun (padahal ia juga aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan seperti BEM Universitas, BEM Fakultas dan KAMMI Daerah Yogyakarta).
Tak puas dengan gelar sarjana S1, ia melanjutkan pendidikan Strata 2 Pengembangan Masyarakat dalam tempo 1,5 tahun di Alamamaternya UNS. Ia juga aktif di LPPM dan menjadi Asisten Dosen.
Wanita yang suka menulis ini juga sedikitnya telah menerbitkan 2 buku buah penanya : Buku Mutiara Kisah dan Buku Jangan Menjadi Perempuan Cengeng. Ia sedikit banyak terinspirasi dari buku The Power of Kepepet.
Aktivitas social dan menebar cahaya melalui pendidikan ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, hal itu dapat dilihat dari berbagai penghargaan yang disimpan dirak lemari kediamannya yang bersahaja seperti Kick Andy Hero's 2014, penghargaan Tupperware Se Can, Penghargaan dari Menteri Agama RI
Srikandi pemberi cahaya dalam kegelapannya ini adalah Fitri Nugrahaningrum seorang perempuan normal. Namun dunianya mulai berubah sejak ia menderita gangguan penglihatan sehingga menyebabkan kebutaan (simouns jhonsen) pada usia 12 tahun saat dirinya duduk di bangku kelas VI SD, pendiri lembaga dan taman pendidikan nonformal SAMARA (satelit masa depan negara) Kediri lombok barat, ia juga diamanahkan sebagai Ketua PERTUNI (Perhimpunan Tuna netra Indonesia) Provinsi NTB.
Ujung Pena Cordova 03
08.15 21/12/2016
Inspiration Wednesday
IWAN Wahyudi
www.iwan-wahyudi.net
0 komentar: