Pena Iwan

[PERJALANAN CAHAYA]

13.56.00 Iwan Wahyudi 1 Comments


“ Mendalami bagaimana perjalanan cahaya, akan membawa kita pada sebuah kesamaan dengan karakter hati menerima cahaya kebenaran “
 #reHATIWAN

Sebuah perjalanan manusia yang sampai sekarang tak terkalahkan adalah perjalanan mulia Rasulullah  Muhammad SAW dalam tempo semalam menempuh jarak yang sangat luar biasa. Isra Mi’raj , ketika Allah SWT memperjalankan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjdil Aqsha di Quds Palestina kemudian naik sampai ke langit ke tujuh, dan seterusnya secara fisik dan ruh, dalam keadaan sadar, lalu kembali ke Makkah dalam sepotong malam. Kendaraan  untuk perjalanan mengagumkan ini bernama Buraq –kendaraan berwarna putih, lebih besar dari keledai, lebih kecil dari bighal, sangat cepat, jangkauan kaki depannya sejauh pandangan matanya.


Saat Rasulullah SAW menceritakan perjalanan agung tersebut, tidak serta merta manusia disekelilingnya menerima. Namun bukan berarti menutup beberapa diantara mereka mempercayai hal tersebut seperti Abubakar yang kemudian bergelar Ash-Shidiq dan para sahabat mulia lainnya yang telah masuk Islam pada periode awal.

Ibnu Katsir menguatkan pendapat  bahwa Isra’ Mi’raj itu terjadi pada masa sepuluh tahun setelah kenabian. [1]Dan yang masyhur mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada malam duapuluh tujuh bulan Rajab[2].

Bagi siapa saja yang beriman pasti akan menerima dan membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut dengan kebeningan hati yang senantiasa menerima cahaya Islam. Begitu sebaliknya, kesangsian dari mereka yang hatinya masih gelap dan bebal akan sulit sekali ditembus oleh cahaya Ilahiyah.

“ Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya [3] agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”  (QS. Al Isra : 1).

Hal yang tak masuk akal dan logika publik saat itu  “ Bagaimana perjalanan dari Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina dirampungkan dalam semalam, sedangkan para kafilah dagang harus menempuh perjalanan berbulan lamanya ? “. Hal tersebut akan kembali pada sebuah titik bernama keimanan. Jika kita mengakui dan mempercayai Allah SWT adalah Rabb sekalian alam dan Maha Segala-galanya, sungguh mudah keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (QS. Yaasiin : 82)

Saya tetiba ingat pelajaran sa’at dibangku sekolah dulu tentang cahaya. Tentu ini tak dapat dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT dalam peristiwa Isra’ Mi’raj. Namun dengan merenungi cahaya ini saja sudah seharusnya menambah keyakinan kita semua.

Nilai kecepatan cahaya dalam ruang vakum adalah 299.792.458 meter per detik atau 299.792,458 kilometer per detik, setara dengan 186.000 mil per detik atau sekitar 671 juta mil per jam. Dahsyat bukan ?, apalagi kita bandingkan dengan kecepatan  Buraq yang digunakan Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra’ Mi’raj yang sangat cepat, jangkauan kaki depannya sejauh pandangan matanya.

Salah satu sifat cahaya dapat menembus benda bening. Benda berdasarkan kemampuan cahaya menembusnya dibedakan menjadi tiga :
1. Benda bening/transparan. Benda yang dapat dilewati atau ditembus semua cahaya yang melewatinya. Contoh air bening
2. Benda translusens. Benda yang hanya dapat meneruskan sebagian cahaya yang diterimanya. Contoh : Air keruh
3. Opaque atau benda tidak tembus cahaya sama sekali. Benda gelap dan tebal yang hanya memantulkan semua cahaya yang mengenainya

Begitu pula dengan hati manusia sesungguhnya. Tidak semua hati dapat menerima kebenaran. Hati yang jernih dan bening penuh dengan keimanan akan sangat mudah sekali ditembus dan menerima kebenaran. Adapula hati yang hanya menerima sebagian dari cahaya kebenaran, ini diantaranya hati yang didalam biliknya masih diisi nafsu dan dunia. Jika kebenaran itu akan menimbulkan kerugian materi, menurunkan popularitas, memangkas kekuasaan, dan menguras sebagaian harta maka akan dipantulkan kembali.

Dan yang lebih akut jika hati seperti benda opaque, gelap permukaannya, keras dan tebal dalamnya hingga tak dapat menerima apalagi ditembus cahaya kebenaran apapun. Inilah hati yang telah berkarat, hanya memantulkan semua cahaya apapun yang akan mendatanginya. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan manusia seperti ini.

Peristiwa Isra’ Mi’raj, sebuah perjalanan cahaya keimanan yang kaya akan makna spiritualitas dan hikmah yang dapat dipetik dalam menapaki rute kehidupan biasa kita dimuka bumi ini.Tinggal kita memilahnya apakah sekedar menjadikannya ritual tahunan begitu-begitu saja, atau akan menjadikannya banyak cahaya-cahaya yang menerangi langkah untuk menghapus keletihan masa lalu, dan meletakkan benih-benih keberhasilan masa depan yang gemilang.

27 Rajab 1441 H
22032020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri #reHATIwan
@iwanwahyudi1





([1])            البداية والنهاية جـ 3 ص 111.
([2])            في المسألة آراء كثيرة راجعها ـ إن شئت ـ في فتح الباري جـ 8 ص 201.
[3] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.


You Might Also Like

1 komentar: