Pena Iwan
[PERJALANAN CAHAYA]
“ Mendalami bagaimana perjalanan cahaya, akan membawa kita pada sebuah
kesamaan dengan karakter hati menerima cahaya kebenaran “
#reHATIWAN
Sebuah perjalanan manusia yang sampai sekarang tak
terkalahkan adalah perjalanan mulia Rasulullah
Muhammad SAW dalam tempo semalam menempuh jarak yang sangat luar biasa. Isra
Mi’raj , ketika Allah SWT memperjalankan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram
di Makkah ke Masjdil Aqsha di Quds Palestina kemudian naik sampai ke langit ke
tujuh, dan seterusnya secara fisik dan ruh, dalam keadaan sadar, lalu kembali
ke Makkah dalam sepotong malam. Kendaraan
untuk perjalanan mengagumkan ini bernama Buraq –kendaraan berwarna
putih, lebih besar dari keledai, lebih kecil dari bighal, sangat cepat,
jangkauan kaki depannya sejauh pandangan matanya.
Saat Rasulullah SAW menceritakan perjalanan agung tersebut,
tidak serta merta manusia disekelilingnya menerima. Namun bukan berarti menutup
beberapa diantara mereka mempercayai hal tersebut seperti Abubakar yang kemudian
bergelar Ash-Shidiq dan para sahabat mulia lainnya yang telah masuk Islam pada
periode awal.
Ibnu Katsir
menguatkan pendapat bahwa Isra’ Mi’raj itu
terjadi pada masa sepuluh tahun setelah kenabian.
[1]Dan
yang masyhur mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi pada malam duapuluh tujuh
bulan Rajab[2].
Bagi siapa saja yang beriman
pasti akan menerima dan membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut dengan
kebeningan hati yang senantiasa menerima cahaya Islam. Begitu sebaliknya,
kesangsian dari mereka yang hatinya masih gelap dan bebal akan sulit sekali
ditembus oleh cahaya Ilahiyah.
“ Maha Suci Allah,
yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke
Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya [3]
agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami.
Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Isra : 1).
Hal yang tak masuk akal dan logika publik saat itu “ Bagaimana perjalanan dari Makkah ke
Masjidil Aqsha di Palestina dirampungkan dalam semalam, sedangkan para kafilah
dagang harus menempuh perjalanan berbulan lamanya ? “. Hal tersebut akan
kembali pada sebuah titik bernama keimanan. Jika kita mengakui dan mempercayai
Allah SWT adalah Rabb sekalian alam dan Maha Segala-galanya, sungguh mudah keadaan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah
ia. (QS. Yaasiin : 82)
Saya
tetiba ingat pelajaran sa’at dibangku sekolah dulu tentang cahaya. Tentu ini
tak dapat dibandingkan dengan kekuasaan Allah SWT dalam peristiwa Isra’ Mi’raj.
Namun dengan merenungi cahaya ini saja sudah seharusnya menambah keyakinan kita
semua.
Nilai kecepatan cahaya dalam ruang vakum adalah 299.792.458 meter per detik atau 299.792,458 kilometer per detik, setara dengan 186.000 mil per
detik atau sekitar 671 juta mil per jam. Dahsyat bukan ?, apalagi kita
bandingkan dengan kecepatan Buraq yang
digunakan Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra’ Mi’raj yang sangat cepat,
jangkauan kaki depannya sejauh pandangan matanya.
Salah satu sifat cahaya dapat
menembus benda bening. Benda berdasarkan kemampuan cahaya menembusnya dibedakan
menjadi tiga :
1. Benda bening/transparan. Benda yang
dapat dilewati atau ditembus semua cahaya yang melewatinya. Contoh air bening
2. Benda translusens.
Benda yang hanya dapat meneruskan sebagian cahaya yang diterimanya. Contoh :
Air keruh
3. Opaque atau benda tidak tembus cahaya sama
sekali. Benda gelap dan tebal yang hanya memantulkan semua cahaya yang
mengenainya
Begitu pula dengan hati manusia sesungguhnya. Tidak semua
hati dapat menerima kebenaran. Hati yang jernih dan bening penuh dengan
keimanan akan sangat mudah sekali ditembus dan menerima kebenaran. Adapula hati
yang hanya menerima sebagian dari cahaya kebenaran, ini diantaranya hati yang didalam
biliknya masih diisi nafsu dan dunia. Jika kebenaran itu akan menimbulkan
kerugian materi, menurunkan popularitas, memangkas kekuasaan, dan menguras
sebagaian harta maka akan dipantulkan kembali.
Dan yang lebih akut jika hati seperti benda opaque, gelap permukaannya, keras dan
tebal dalamnya hingga tak dapat menerima apalagi ditembus cahaya kebenaran
apapun. Inilah hati yang telah berkarat, hanya memantulkan semua cahaya apapun
yang akan mendatanginya. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan manusia
seperti ini.
Peristiwa Isra’ Mi’raj, sebuah perjalanan cahaya keimanan
yang kaya akan makna spiritualitas dan hikmah yang dapat dipetik dalam menapaki
rute kehidupan biasa kita dimuka bumi ini.Tinggal kita memilahnya apakah
sekedar menjadikannya ritual tahunan begitu-begitu saja, atau akan menjadikannya
banyak cahaya-cahaya yang menerangi langkah untuk menghapus keletihan masa
lalu, dan meletakkan benih-benih keberhasilan masa depan yang gemilang.
27
Rajab 1441 H
22032020
#IWANwahyudi
#MariBerbagiMakna
#InspirasiWajahNegeri
#reHATIwan
@iwanwahyudi1
[3] Maksudnya:
Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan
diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
Coba nih di cek juga ya Pinjaman Online Terpercaya Tahun 2020
BalasHapus